SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Blog Pribadi Atma Winata Nawawi

Sabtu, 08 November 2008

Teknologi RFID untuk Atasi Kemacetan Jakarta

Oleh Adi Tedjasaputra JAKARTA – Kemacetan adalah penyakit kronis Jakarta.Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta untuk mengatasi kemacetan sejak bertahun-tahun. Dari peraturan 3-in-1, jalur khusus bis, perbaikan jalan, pembangunan jalan bebas hambatan sampai pada Busway yang akhir-akhir ini cukup populer di mata penduduk Jakarta sebagai alat transportasi baru. Salah satu masalah utama yang menyebabkan kemacetan pada umumnya adalah volume kendaraan di Jakarta yang tidak berimbang dengan jumlah ruas jalan yang tersedia bagi kendaraan, terutama pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari. GPS Secara garis besar, ada dua kemungkinan untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan menambah jumlah ruas jalan sehingga berimbang dengan volume kendaraan yang semakin bertambah, atau mengurangi volume kendaraan di jalan, terutama di titik-titik rawan kemacetan. Penggunaan teknologi nir kabel yang sudah mulai populer di Jakarta, seperti teknologi navigasi GPS (Global Positioning Satellite), yang dilengkapi dengan sistem informasi kemacetan sehingga dapat membantu pengendara kendaraan pribadi untuk memilih rute dan menghindari titik-titik rawan kemacetan, fungsinya hanya terbatas sebagai penuntun jalan. Teknologi ini sayangnya hanya dapat membantu segelintir pengemudi kendaraan pribadi, tetapi tidak memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta. Teknologi nir kabel lain yang juga mulai populer, seperti Radio Frequency Identification (RFID), menjanjikan solusi untuk mengatasi kemacetan Jakarta dengan mengontrol volume kendaraan di ruas-ruas jalan Jakarta, seperti yang sudah diterapkan di kota Seoul, Korea Selatan. Permasalah kemacetan kronis yang dihadapi kota Seoul mulai semakin memburuk setelah Pemda kota tersebut mengurangi beberapa jalan bebas hambatannya. Kampanye Untuk mengatasi hal ini, sejak 19 Januari 2006 lalu, Pemda kota Seoul mulai memberikan tunjangan pajak kepada pengemudi yang rela untuk berpartisipasi dalam kampanye “Hari Tidak Berkendaraan” (No Driving Day). Keikutsertaan dalam kampanye ini dilakukan dengan menempelkan stiker yang dilengkapi dengan tag RFID di kaca depan mobil. Dengan mengikuti kampanye ini, seorang pemilik kendaraan akan mendapatkan potongan biaya pembayaran pajak kendaraaan sebesar 5 persen dan potongan biaya pembayaran asuransi kendaraan sebesar 2,7 persen. Tunjangan ini diimbangi dengan kewajiban untuk tidak memakai kendaraan selama 1 hari dalam seminggu dan memperbolehkan Pemda kota Seoul untuk melacak kendaraan dan informasi pribadi sang pemilik kendaraan dalam wilayah tertentu di kota Seoul menggunakan teknologi RFID. Walaupun ide penggunaan stiker yang dilengkapi dengan tag RFID untuk mengidentifikasi kendaraan bukanlah hal yang baru, ide untuk memberikan tunjangan pajak kepada orang yang rela mengorbankan privasi pribadinya adalah suatu hal yang baru. Berkenaan dengan masalah kemacetan, Pemda kota Jakarta mungkin bisa mengkaji pengalaman Pemda kota Seoul sebagai solusi alternatif untuk mengatasi masalah kemacetan kota Jakarta yang kronis. n Penulis adalah pengguna TI dan manajer sebuah perusahaan swasta di Jakarta.