SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Blog Pribadi Atma Winata Nawawi

Rabu, 15 Desember 2010

AL HASIB; YANG MAHA PEMBUAT PERHITUNGAN



"Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya dan Dia Mahacepat perhitungan-Nya." (QS Ar-Ra’d: 41)
Apabila kita rajin mengamati benda-benda kosmos di angkasa, kita akan mendapati benda-benda itu bergerak stabil tanpa dipengaruhi faktor-faktor eksternal sejak jutaan tahun yang lampau. Tak bisa tidak, kita akan menyimpulkan bahwa ada sistem perhitungan yang amat komplek atasnya yang begitu alamiah. Perhitungan yang diperlukan untuk menjalankan kosmos besar itu tidak pernah bisa dijangkau oleh “rasio” manusia, siapa pun.
Lalu, siapakah yang menciptakan sistem yang begitu kompleks, rumit, dan perhitungan yang demikian akurat? Dia-lah Allah, yang menjadikan kriteria kosmis tetap untuk melindungi kelangsungan hidup manusia di muka bumi dengan cara yang sempurna, yang dengan itu manusia dapat melaksanakan tugasnya di muka bumi sebagai hamba sekaligus khalifah.
Coba renungkan betapa Allah (Al-Hasib) membuat keseimbangan kimiawi, fisiologis, dan astronomis yang ada di alam semesta secara mengagumkan sehingga tidak kita temukan kesalahan sekecil apa pun di dalamnya. Kesalahan perhitungan sekecil apa pun, bahkan sebesar rambut dibelah lima puluh (bukan sekadar dibelah tujuh), sekalipun pasti akan berakibat fatal. Di sini, tidak ada toleransi terhadap kesalahan sekecil apa pun.
“Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan dengan kadar (kalkulasi dan akurasi) yang ditentukan. Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan bagaikan kejapan mata.” (QS Al-Qamar: 49 dan 50).
Luar biasa! Betapa akuratnya perhitungan Allah dalam penciptaan benda-benda angkasa sehingga keberadaannya dapat dihisab sekaligus dirukyat.
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang berilmu.” (QS Yunus: 5).
“Dialah yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui.” (QS Al-An’am: 96).
Sungguh, secerdas apa pun pikiran manusia, mereka tak bakal mampu menjangkau angka perhitungan di seluruh jagad raya dari atom terkecil hingga planet terbesar dalam berbagai jenis, orbit, dan lingkungannya. Manusia, bahkan tak bakal mampu menyebut angka perhitungan yang terjadi dalam tubuh mereka sendiri.
Al-Qur’an tidak saja menjelaskan tentang akurasi perhitungan Allah terhadap penciptaan langit dan bumi. Tapi Dia sangat cermat dalam memperhitungkan segala amal perbuatan hamba-Nya dan membalas mereka sesuai dengan keadilan-Nya.
“Sesungguhnya Allah Maha memperhitungkan segala sesuatu.” (QS An-Nisaa: 86).
"Agar Allah membalas setiap jiwa (seperti) apa yang telah mereka usahakan. Sesungguhnya Allah Mahacepat dalam menghisab.” (QS Ibrahim: 51).
Setiap perbuatan manusia, yang baik maupun yang buruk, semua diperhitungkan, tanpa ada yang kelewat. Sekecil apa pun perbuatan manusia, bahkan yang masih disembunyikan dalam hati, diketahui oleh Allah dan diperhitungkan-Nya. Kelak di hari kiamat, manusia akan melihat data, rekaman, dan dokumentasi amalnya.
“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS Al-Zalzalah: 7 dan 8).
Lalu, hikmah apa yang bisa kita ambil dari sifat dan nama Allah Al-Hasib? Hisablah dirimu sendiri sebelum dirimu dihisab. Wallahu a’lam. (Hamim Thohari)
Disalin dari Majalah Nebula (eks ESQ Magazine) Edisi 03/Tahun IV/Februari 2008

Jumat, 05 November 2010

MENUJU KONGRES HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

MENUJU KONGRES HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Tanpa terasa HMI kini kembali berkongres. Sebagai organisasi paling sulung dari semua organisasi kemahasiswaan maka sudah sewajarnya apabila HMI akan selalu menjadi barometer pergerakan msahasiswa.
 
HMI telah membuktikan diri sebagai anak zaman di masa lalu. Mulai dari zaman mempertahankan kemerdekaan, zaman demokrasi terpimpin, orde lama, orde baru. Namun, pada zaman orde reformasi ini, harus diakui HMI terlihat gamang. Beberapa pengamat menyebutkan bahwa kegamangan ini diakibatkan oleh kesuksesan dari HMI sendiri yang telah melahirkan ribuan atau ratusan ribu alumninya yang bergerak di berbagai bidang. Dan kini peran HMI di perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi pavorit sudah sangat kendur, baik itu peran formal di organisasi mahasiswa intern kampus sampai pada peran informal dan peran akademik.
 
Saya sendiri melihat bahwa kegamangan HMI masa kini adalah diakibatkan oleh alumninya sendiri. Walau tidak ada hubungan formal organisatoris antara HMI dengan alumninya dan HMI sendiri adalah organisasi independen bebas dari pengaruh apapun, namun harus diakui bahwa dengan hubungan non formal dan dialog yang terjalin memberi ruang bagi alumni untuk membentuk dan mempengaruhi watak dan kepribadian adek – adeknya di HMI. Dan bahayanya ternyata watak dan kepribadian yang diwariskan tersebut ternyata watak dan kepribadian masa lalu dan cenderung romantis.
 
Oleh karena itu, HMI harus mengenyahkan kegamangannya dengan menatap masa depan dengan tetap menghormati masa lalu. HMI harus memantapkan diri sebagai anak zaman masa kini dan anak zaman masa depan.
 
Apa itu masa kini ??? Apa itu masa depan ???
 
Era reformasi ditandai dengan tumbangnya otoritarian dan sekaligus memasuki era pasar bebas ekonomi. Batas – batas wilayah yang dipagari secara politik ternyata runtuh di bidang ekonomi. Ekonomi sudah tidak memiliki status kewarganegaraan. Barang dan jasa bebas dipasarkan di mana saja di pelosok dunia ini. Para negara komunis pun tak luput dari pasar bebas mania. Deng Xiao Ping yang merupakan bapak reformasi negeri tirai bambu pun mencanangkan sosialisme market dan telah membawa negeri China menjadi raksasa ekonomi dunia.  Kebijakan negara diarahkan untuk melahirkan ribuan dan jutaan wirausaha dan profesional baru. Demikian juga negara lain. Bahkan Vietnam yang komunispun sudah menjadi negara kapitalis.
 
Itulah masa depan. Masa depan tanpa batas wilayah ekonomi.
 
Bagaimana dengan HMI ??
 
Saya melihat bahwa sudah saatnya HMI mengakomodir dirinya sendiri terhadap pergerakan ekonomi global. Tantangan bangsa ke depan adalah tantangan ekonomi. HMI sebagai organisasi yang berada di garda terdepan bangsa ini harus siap dan antisipatif terhadap pergerakan ekonomi dunia.
 
Sudah saatnya wajah ekonomi dalam bentuk wirausaha dan profesionalisme dimasukkan ke dalam Nilai Dasar Perjuangan / Nilai Identitas Kader, Mission dan Konstitusi HMI. Sudah saatnya iptek, wirausaha dan profesionalisme menjadi materi wajib dalam setiap perkaderan formal dan informal. Dan sudah saatnya kelembagaan wirausaha dan profesionalisme distrukturkan dengan lebih kokoh.
 
Terkait dengan struktur organisasi. Di garis paling bawah, perlu dilakukan penyederhaaan dan perkuatan. Komisariat dihapus saja dan fungsinya dimerger ke lembaga kekaryaan. Cabang membawahi lembaga – lembaga kekaryaan yang merupakan organisasi profesi berbasis keilmuan / kejuruan. Lembaga kekaryaan menjadi ujung tombak rekrutmen calon kader. Di tingkatan badko, posisi badko perlu diperkuat dengan menjadikan badko sebagai organ pengurus wilayah. Sebagian besar fungsi teknis PB diserahkan saja kepada pengurus wilayah, seperti perkaderan formal tingkat nasional seperti LK III, penyelenggaraan kongres, dan lainnya diserahkan saja kepada pengurus wilayah. Pengurus PB cukup menjalankan fungsi – fungsi strategis dan oleh karena itu strukturnya tidak perlu gemuk, cukup merupakan mantan – mantan pengurus wilayah. Sementara pengurus wilayah dihuni oleh mantan – mantan pengurus cabang.
 
Wajah kongres selalu didominasi oleh isu pemilihan ketua umum PB selanjutnya. Dan wajah HMI selalu terwakili oleh figur ketua umum PB. Oleh karena itu agar kualitas sang calon ketua umum PB tersebut bisa terandalkan, perlu kiranya saringan dan prosedurnya dilakukan semacam fit and proper test serta debat kandidat secara terbuka di media elektronik.
 
Selamat berkongres, jaya HMI,jaya umatku, jaya bangsaku.
 
Salam. Rahmad Daulay, ST

Selasa, 26 Oktober 2010

Klarifikasi Pertemuan Perwakilan BEM Nusantara Dengan Istana


Berkaitan dengan berita yang muncul pasca pertemuan perwakilan BEM Nusantara dengan Presiden RI pada Jumat 22 Oktober 2010, saya akan memberikan klarifikasi dan pernyataan untuk menjawab semua pertanyaan dan pernyataan yang berkembang.
Hal ini perlu dilakukan karena berita yang beredar isinya hanya provokatif dan fitnah terhadap pribadi bahkan institusi kampus.
Saudara-saudara, saat ini sahabat-sahabat kita di Papua sedang meradang sedih, karna ketidakadilan yang mereka dapatkan disana, perhatian dari Jakarta yang minim, kesejahteraan yang jauh dari harapan, keterisolasian pemukiman, dan kualitas SDM yang rendah.
Berawal dari pemikiran itu, pasca penunjukkan Papua menjadi tuan rumah pertemuan BEM Nusantara akhir tahun 2010 ini, teman2 BEM Univ.Cendrawasih Jayapura bercita-cita ingin memperbaiki hal ini, mereka sudah bosan dicap OPM, Makar, dan Perusuh.
Harapan timbul, apabila Kepala Negara dapat hadir membuka kegiatan disana, melihat, serta mendengarkan langsung kritikan, dan saran dari mahasiswa dan masyarakat disana.
Dengan tekad yang kuat mereka berangkat ke Jakarta untuk membuktikan kalau mereka mampu melakukan ini, walaupun keinginan ini mendapat kontroversi dari banyak pihak.
Benar saja, setibanya mereka di Jakarta, bukan dukungan nyata yang diberikan oleh sebagian kawan2 BEM Nusantara Jabodetabek, tapi malah tertawaan dan cemoohan karna dianggap punya mimpi yang mustahil.
Berbagai cara mereka upayakan untuk dapat mewujudkan ini, dengan menginap di Ruang Sekretariat Kepresma MM-Usakti teman-teman Perwakilan BEM Uncen terus berusaha mencari cara untuk dapat bertemu SBY, dan menyampaikan langsung keinginannya. Sekilas ini memang terlihat berat.
Tuhan berkata lain, ada saja jalan yang dibukakan sehingga mereka yang hanya iseng SMS ke no hot line Istana, malah mendapat respon dari Ibu Negara, hingga secara mendadak mereka dipanggil masuk ke Istana bertemu SBY. Pada hari Jumat, 22 Oktober 2010 pukul 14.15WIB Staff Khusus Presiden menelpon untuk segera datang ke Istana Negara dalam waktu 1 jam.
Peluang seperti ini hanya datang 1 kali, tidak akan ada kesempatan lain, akhirnya saya yang diminta oleh kawan-kawan BEM Uncen untuk mendampingi mereka berangkat ke Istana dan bertemu langsung dengan Presiden SBY untuk menyampaikan permasalahan di Papua sekaligus mengundang beliau untuk dapat hadir disana pada kegiatan Temu BEM Nusantara tersebut.
1 hal positif yang didapat dari pertemuan tersebut, SBY berjanji akan meninggalkan pendekatan Militeristik dan lebih menggunakan pendekatan Humanistik dan Peningkatan Kesejahteraan di sektor riil dalam menghadapi konflik Papua. Beliau juga berupaya untuk dapat hadir dalam Pembukaan Temu BEM Nusantara tersebut.
Tidak panjang lebar, hanya itu yang kami bicarakan dengan Presiden SBY. Setelah itu saya langsung memberikan konfrensi Pers untuk menghindari salah paham di teman2 di bawah.
Tapi sayang, beberapa kawan2 BEM Nusantara Jabodetabek yg tadinya menertawakan dan mencemooh niat kawan-kawan Papua, malah kebakaran jenggot dan membuat konfrensi pers tandingan dan mengklaim diri sbg koordinator Nasional BEM Nusantara, yaitu Fernando Yohannes (Menlu BEM Untar) dan Muhammad Zimah/Awab (Ketua BEM Unkris). Padahal BEM Nusantara bersifat Collective Collegeal tanpa memiliki Badan Struktural di level Nasional. Selain itu Statement mereka yang sangat provokatif dan menghina dalam media online tersebut memang langsung menjadi konsumsi kawan-kawan pergerakan lain untuk disebarluaskan.
Akhirnya berdarlah berita ini hingga banyak sahabat-sahabat saya ikut memberikan perhatian dan tanggapan akan hal ini. Saya sangat berterimakasih atas perhatian yang diberikan. Saya hanya manusia biasa, juga punya kelemahan dan kekhilafan. Bagi saya ini hanyalah Itjihad dalam mengupayakan menyampaikan suara kaum lemah dan tertindas di bumi Cendrawasih.
Harapan terbesar adalah, semoga pasca ini Papua memiliki nilai yang lebih tinggi di mata seluruh rakyat Indonesia, kesejahteraan disana dapat terwujud, keaamanan dan ketentraman disana menjadi kenyataan yang selama puluhan tahun masih merupakan mimpi.
Terimakasih
Wassalamualaikum Wr Wb

Atma Winata Nawawi
Mantan Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti
Deklarator BEM Nusantara Wilayah Jabodetabek

Kamis, 08 Juli 2010

KUPING PANCI

Tak terbayang sulitnya mengangkat panci yang hanya punya satu kuping di sisinya, bukan dua seperti yang biasanya ada. Tidak mustahil, panci dapat terangkat, tetapi hampir dapat dipastikan dilakukan dengan susah payah, kemungkinan panci terangkat miring dan isinya bisa saja tumpah. Kuping panci memang benda sepele, tetapi kehadirannya sangat membantu fungsi panci melakukan tugasnya dengan maksimal. Kuping panci dibuat dua, bukan hanya satu. Dua, untuk tujuan kekuatan bukan penampilan, dua untuk memberikan asistansi maksimal bukan hiasan basa-basi, dan dua untuk menyeimbangkan kedudukan bukan menambah beban panci itu sendiri. Mari belajar tentang kuping panci.
Sama halnya dengan kuping panci yang tidak maksimal melakukan fungsinya ketika sendirian, kepemimpinan spiritual Anda juga tidak akan menghasilkan apa pun jika Anda menjalaninya seorang diri. Anda mungkin berhasil, penuh gagasan, berjiwa besar, dipenuhi spiritualitas dalam pandangan hidup, rajin, dan memiliki keahlian memimpin yang luar biasa, tetapi ketahuilah, Anda tetap membutuhkan orang lain menjadi partner sukses Anda.
Jika Anda merasa, bahwa keberhasilan dapat diperoleh karena kerja keras dan usaha Anda sendiri, saya dapat pastikan, ketika Anda tiba di puncak sukses, Anda akan benar-benar merasa sendirian di sana, dan itu sangat tidak menyenangkan. Sekecil apa pun, harus diakui, kita memerlukan orang lain dalam melengkapi kehidupan kita berjalan mendekati tujuan hidup. Kesadaran ini, membawa pencerahan batin untuk menerima keadaan kita yang tidak sempurna, dan merangkai hubungan dengan orang lain untuk melengkapi ketidaksempurnaan itu untuk mencapai sukses bersama.
Pada prinsipnya, relasi terjalin karena didasari oleh kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sama. Karenanya, ketika relasi terbentuk, masing-masing pihak tentu akan melakukan usaha bersama untuk menghasilkan keuntungan dan keberhasilan, sesuai dengan yang diharapkan sejak awal; lazim disebut kerjasama. Bagaimana memastikan bahwa kerjasama ini dapat benar-benar berhasil? Pastikan Anda memiliki partner sukses atas apa pun proyek yang Anda kerjakan dalam hidup Anda, baik dalam berinteraksi bisnis maupun saat Anda melakukan pengembangan diri sendiri. Ingat, siapa pun dapat menjadi partner sukses bagi Anda, cermatlah memerhatikan:
  1. Kuping panci yang copot sebelah, kemudian diganti dengan kuping panci dari jenis lain, meski ”dipaksa” pasang dan difungsikan, pasti terasa janggal, dan pasti kelihatan tak elok. Karena, memang bukan dari jenis yang sama. Besar sebelah, tak pas pada tempatnya, tidak sama kuat menahan beban dan sebagainya. Pastikan partner sukses Anda memiliki visi yang sama dengan Anda, memiliki semangat yang sama dan tujuan yang sama.

    "Share your success with someone who has similar purpose, passion and profit-goal like yours."
    —C.Fald.

    Jangan sembarangan pilih kuping panci, untuk kerjasama yang maksimal. Pastikan mereka adalah orang yang Anda percayai memiliki kesamaan dengan Anda, setidaknya untuk sebuah tujuan. Jika Anda berniat menikah, periksalah apakah calon pasangan Anda memiliki visi berumahtangga yang sama dengan Anda. Jika Anda memimpin usaha, pastikan rekanan bisnis Anda memiliki keinginan mencapai keuntungan dalam tuntunan nilai-nilai moral yang sama dengan Anda. Jika Anda hendak melakukan perubahan dalam kebiasaan hidup, pastikan partner perubahan Anda memberikan dorongan positif ketika Anda memerlukannya. Jika Anda pembuat keputusan, pastikan partner sukses Anda adalah mereka yang memiliki arah yang sama dengan Anda.
  2. Bagi Beban! Ini sebabnya, kuping panci ada dua, agar seimbang menanggung beban. Partner sukses Anda haruslah yang bersedia mengerjakan dengan adil dan konsisten bagian yang menjadi tanggungjawabnya. Pekerjaan dan tujuan tercapai jauh lebih cepat jika dikerjakan bersama, bukan sendirian. Beban yang dipikul, dibagi bersama untuk pencapaian lebih baik. Buat kesepakatan yang jelas dan rinci mengenai semua tugas dan beban yang ada, agar memudahkan Anda dan partner sukses Anda mengurai kegiatan dan tetap pada jalur. Jangan berpindah, meskipun Anda mampu melakukannya. Jika bagian tugas Anda di sebelah kiri, tetaplah di sana, dan biarkan partner sukses Anda mengerjakan di bagian kanan miliknya. Ingat, keseimbangan menjaga harmonisasi, dan menghasilkan kesinambungan. Jangan jadi kuping kanan jika Anda adalah kuping panci sebelah kiri! Kebanyakan kerjasama tidak berakhir dengan keberhasilan, karena salah satu pihak merasa lebih baik dari yang lain dan tidak mengerjakan bagiannya dengan konsisten.
  3. Sejajarkan posisi Anda. Tidak ada dua kuping panci yang dipasang tak sejajar satu dengan yang lain. Keberadaan yang sejajar ini membuat segala sesuatu berjalan sempurna. Meski Anda seorang pemimpin hebat di tempat asal Anda, saat bekerjasama dengan pihak lain, posisikan keberadaan Anda dalam keadaan sejajar dengan partner sukses Anda. Tidak ada supremasi dalam kerjasama. Sikap rendah hati dan kesediaan Anda berbagi dalam porsi yang sejajar sama adalah keunggulan karakter Anda dalam menjalankan tanggungjawab Anda dengan adil. Sikap inilah yang membuka banyak peluang bagi Anda untuk memelajari hal-hal baru dari partner sukses Anda, dan membuat Anda menampung lebih banyak manfaat dari kerjasama tersebut. Jika saat ini, Anda mendapati posisi Anda lebih tinggi dari seharusnya, sejajarkan segera! Tidak ada manfaat apa pun dari kondisi “tinggi sebelah”.
Terapkan ke-3 hal di atas juga pada diri Anda sendiri, kemudian ini yang terpenting: sediakan diri Anda sebagai partner sukses juga bagi orang lain. Perhatikan, ada banyak pihak di sekitar Anda sekarang ini membutuhkan rekanan seperti Anda dalam hidup mereka. Jalinlah kerjasama yang positif bersama untuk manfaat melebihi keuntungan. Karena, selalu ada peluang lebih besar untuk mencapai tujuan jika dikerjakan bersama-sama.
Lakukan sesuatu bagi orang lain, Anda dapat selalu menemukan, bahwa Anda dapat menjadi 'kuping panci’ bagi seseorang. Dan itu, bukan sekadar menguntungkan, tetapi menyenangkan untuk dilakukan. Bersedia?

Kamis, 10 Juni 2010

“Mahal banget, Bang! Kurangin dikit deh harganya. Mau ambil banyak nih, masa nggak bisa kurang dikit harganya?” Tak terdengar asing, kan? Mengapa ketika kita memilih membeli sayur atau buah di penjual keliling atau kios pasar, meski untuk selisih 2000 atau 3000 rupiah, kita cenderung ”memaksa” menawar hingga harga terendah, sementara untuk barang yang sama, yang kita beli di supermarket, meski kita pikir sedikit lebih mahal, kita setuju dengan harganya dan tetap membayar tanpa menawar lebih dulu?

Supermarket dibuat dengan konsep kenyamanan, keteraturan, dan ketertiban yang memudahkan setiap pembeli membelanjakan uang mereka sebanyak-banyaknya, dan datang kembali berkali-kali, meskipun semua barang di sana dipatok harga mati; tidak boleh ditawar! Mengapa kita tidak protes?

Ketika kita memilih antara belanja di supermarket dan kios pasar atau penjaja keliling, hal paling sering yang menjadi pertimbangan adalah kenyamanan, keteraturan, ketertiban, kualitas, kemudahan dan keuntungan program hadiah misalnya, yang tidak kita jumpai di pedagang kecil.

Mari kita simak. Jika untuk barang-barang yang kita perlukan setiap bulan, kita bersedia mengikuti aturan harga mati, mengapa kita tidak memberlakukannya dalam kehidupan kita lainnya setiap hari? Jika kenyamanan, keteraturan, ketertiban dan kualitas hidup lebih baik menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pilihan, bukankah lebih baik jika peraturan dan hukum dibuat harga mati? Tidak ada celah untuk tawar-menawar, apalagi beli-membeli untuk kepentingan sesaat dan segelintir orang. Bayangkan, betapa nyamannya hidup kita saat peraturan tak sudi ditawar itu membantu kita menjalani proses dalam kerangka yang tertib, dan membawa kita kepada kehidupan yang teratur.

Dulu, saya tidak sepenuhnya paham, mengapa ayah begitu marah ketika saya melanggar batas waktu ke luar rumah yang telah ditentukannya. Saat itu, saya tahu ayah khawatir dan bermaksud baik, tetapi ”peraturan-peraturan”-nya terkesan tidak masuk akal dan tak ada pilihan lain kecuali menjalaninya.

Kemudian, saya mengerti maksud beliau, dan ketika saya membaca tulisan Aristoteles, makin jelaslah tujuan kedisiplinan peraturan harga mati kala itu. “Moral Excellence comes about as a result of habit.

Kita terbiasa berlaku adil ketika hanya melakukan tindakan-tindakan adil, menjadi penyabar ketika berlaku panjang sabar, menjadi pemberani ketika membiasakan diri bertindak berani. Kini, saya merasakan manfaat dari peraturan harga mati itu. Tidak ada yang lebih menyenangkan mengarahkan kehidupan yang berlimpah berkah ini, menjadi lebih bermakna dengan mengenakan Moral Excellence sebagai karakter unggul yang mendasari hidup dan perilaku kita.

Berlatih Moral Excellence hanya dapat dimulai, ketika kita melihat manfaat ketaatan dari peraturan dan hukum itu bagi pengembangan dan perluasan kedewasaan moral diri sendiri. Tanpa harus menunggu seseorang melakukannya lebih dulu. Sebaiknya, untuk sebuah tujuan kesempurnaan seperti Moral Excellence, tak perlu ditawar lagi; ini harga mati!

1. Tidak Susah, hanya perlu berlatih

Pemimpin Cerdas Spiritual, hanya dapat diidentifikasi dari bagaimana respon mereka terhadap perkara-perkara yang membutuhkan pengolahan Kecerdasan Spiritual, dan sejauh mana mereka konsisten memeliharanya. Tidak susah untuk memulai mengasahnya, yang Anda perlukan hanya berlatih terus-menerus. Memelihara keadilan, bukan perkara gampang, tapi kita dapat melatihnya menjadi kebiasaan; dari hal-hal sederhana setiap hari. Lihat, bagaimana Anda dapat mulai berlaku adil di rumah, meneruskannya di tempat kerja, dan selanjutnya memromosikannya kepada orang lain lagi. Ingat, periksa dulu diri sendiri sebelum menjatuhkan penghakiman atas orang lain. Uji nilai keadilan Anda setiap hari, dan lakukan perubahan untuk menetapkan standar “harga mati.” Bukankah kualitaslah yang membedakan apakah sesuatu layak ditawar atau tidak? Bagaimana kualitas keadilan Anda?

2. Tidak Mudah, hanya perlu konsistensi

Ketika sudah dipatok harga mati, ini berarti tak ada lagi ruang untuk tawar-menawar dalam keadaan dan kondisi apa pun. Panduan untuk berlaku adil, berarti menjaga peraturan agar berjalan semestinya, lalu menjaganya tetap konsisten. Ini bukan hal mudah, memang. Jadi, tetaplah pada jalur! Kerjakan keadilan meski sulit. Buahnya mungkin tak segera terlihat, tapi tengok keuntungan-keuntungan yang tersimpan di sana, bagi diri sendiri, di kehidupan setelah mati nanti, juga warisan budaya tertib, tertata dan taat bagi generasi selanjutnya. Konsistensi Anda membuahkan hasil berlipat lebih dari yang dapat Anda bayangkan!

3. Tidak Banyak, biasakan

Ketekunan membuahkan hasil yang luar biasa. Tapi ini indahnya, Anda tak perlu menjadi Superman atau Batman dengan kemampuan khusus dan teknologi mutahir menumpas kejahatan dan menjaga keadilan. Anda adalah Super Hero tulen, aktor utama pemberantas ketidakadilan. Yang berani menumpas segala yang tidak adil, tak patut, tak turut peraturan, dan yang tidak taat di dalam diri Anda sendiri lebih dulu. Beranikan diri, membiasakan menang atas ketidakadilan dalam hidup Anda sendiri, meski tidak banyak, Anda telah melakukan sesuatu yang penting untuk diteruskan. Kerjakan terus!

4. Tidak Sama, tidak apa

Ingat Investasi Dua Dunia? Kekayaan yang kita usahakan sebaiknya bukan hanya cukup untuk keperluan di bumi, tetapi yang menyertai kita hingga akhirat nanti. Dengan berpikir seperti ini, tentu kita tak lagi peduli, meski sekeliling berlaku curang, menjual belikan hukum, membayar “kenyamanan” dan “jalan pintas.” Meski tak serupa dengan mereka, tidak apa; tujuan kita tetap mengarah pada keuntungan berganda yang melampaui ukuran uang mana pun. Mencapai kesejahteraan batin dan kekayaan jiwa sepanjang hayat dan seterusnya. Anda tak harus serupa dengan semua orang, karena tugas Anda adalah membuat perubahan dan memulai pembaharuan agar orang lain dapat mengikutinya.

Berhenti melakukan “Korupsi Emosi” di setiap tindakan Anda. Ingatlah, keadilan adalah Harga Mati; tidak untuk ditawar atau dieksploitasi demi keuntungan sendiri.

Sabtu, 01 Mei 2010

SPIRITUAL LEADERSHIP - MENGERTI LEBIH DAHULU

Tidak mudah memang, menemukan orang-orang di sekitar kita yang bisa memahami keadaan, keinginan dan jalan pikiran kita tanpa perlu repot menjelaskan, mengarahkan dan mengemukakannya. Tetapi, sesungguhnya kita memang benar-benar butuh dimengerti, dipahami dan diterima oleh orang lain. Semua upaya yang telah dikerahkan untuk melakukan itu, serasa berlari menabrak tembok: melelahkan dan tanpa hasil jelas.

Kebutuhan emosional untuk berada pada penerimaan publik selalu ada, tidak akan pernah berubah sebagai makhluk sosial. Egosentris kita membawa keadaan diri kita pada keadaan yang tidak pernah cukup untuk mendapatkan lebih banyak dari orang lain.

Jadi, tidak salah mengharapkan orang lain mengerti tentang diri Anda. Juga tidak salah menaruh harapan kepada orang terdekat agar ia mampu memahami apa yang Anda inginkan. Tetapi, sama seperti Anda, orang lain juga mengharapkan hal yang sama. Dan keadaan menjadi sangat tidak terkendali, ketika masing-masing menuntut untuk diutamakan dari yang lain, dan melahirkan berbagai ketidakpahaman, konflik, ketidakadilan, egoisme, kekerasan, dan berbagai tindakan egois lainnya. Ditambah lagi, pada keadaan krisis global seperti sekarang ini, semakin banyak orang berpikir tentang penyelamatan diri sendiri ketimbang memikirkan orang lain.

Mari membuat perbedaan

Kepedulian kita pada diri sendiri, seharusnya sama dengan kepedulian kita pada orang lain. Karena, mereka sesama (sama dengan kita) dan kebutuhan emosional mereka untuk dipahami, juga sama dengan kita. Toleransi adalah kemampuan tertinggi yang kita miliki, yang membedakan kita dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Bayangkan jika semua manusia di dunia ini berdiri berdampingan mengitari bumi dalam satu garis dan memindahkan sebuah kotak dari satu tangan ke tangan berikutnya. Kotak yang sama yang telah diberikan ke orang berikutnya, cepat atau lambat, akan kembali lagi ketangan kita.

Jadi, apa saja yang kita lakukan pada orang lain di sekitar kita, maka, cepat atau lambat tindakan serupa akan kita terima juga dari mereka. Jika lebih banyak perbuatan baik yang bertajuk kepedulian itu kita tujukan ke lebih banyak orang, kemungkinan kepedulian yang sama itu kembali kepada kita jauh lebih besar. Lakukanlah dulu kepada orang lain apa yang kita inginkan orang lain kerjakan bagi kita. Anda akan tercengang, betapa dahsyat kemampuan energi positif seperti ini berdampak pada kehidupan kita. Sebelum meminta oranglain memahami Anda, cobalah untuk mengerti lebih dulu tentang mereka. Ini sebuah langkah sederhana mengembangkan keahlian toleransi Anda untuk keuntungan berganda nanti.

Sewaktu beranjak dewasa, ayah tidak memperkenankan saya mengendarai mobil meski telah memiliki surat izin mengemudi. Beliau menyatakan 1 syarat kepada kami anak-anak sebelum mengendarai mobil (karena mobil itu milik beliau, kami tidak punya banyak pilihan kecuali taat saja). Kami, diharuskan mengerti lebih dulu tentang cara kerja mesin mobil dan semua bagian penting mobil yang perlu kami ketahui sebelum kami mengendarainya.
Di akhir pekan, adalah waktu untuk ayah menguji kemampuan dan pemahaman kami tentang seluk-beluk mobilnya. Sampai beliau benar-benar yakin, kami telah menguasai semua bagian penting, barulah kami diizinkan menggunakannya. Percayalah, ketika hari seperti itu terjadi, itu merupakan momen bersejarah bagi kami anak-anaknya, melebihi ketika kami memperoleh SIM!

Sekarang, saya memetik buah dari pengajaran beliau yang kala itu kami anggap “keterlaluan.” Kini, saya tak hanya cekatan mengganti ban, saya pun lebih paham dari teman lain untuk tahu membedakan suara mesin yang bermasalah. Bagi ayah, mengetahui proses kerja mesin di mobil jauh lebih menguntungkan ketimbang sekadar mahir mengendarai. Karena, dengan demikian, kita memahami bahwa ketika proses berlangsung, kita berada pada jalur yang aman, yang sebenarnya kita butuhkan lebih dari sekadar mencapai tujuan.

Mengerti lebih dulu, mengantar kita menemukan apa yang kita butuhkan, bahkan menerima lebih dari yang kita pikirkan.

1. Lebarkan Sayap Anda
Toleransi yang Anda miliki sekarang, baik atas keadaan sendiri maupun atas orang lain, dapat lebih melebar jika saja Anda mulai mengembangkan sayap Anda. Temukan hal-hal dalam hidup di mana hal-hal kecil dapat Anda lebarkan lebih luas sedikit; bersabar lebih panjang. Tingkatkan kadar senyum Anda. Jika sebelumnya hanya tersenyum pada orang dikenal, coba tersenyum pada penjaga toko, petugas parkir, satpam dan orang asing yang Anda temui. Sedikit demi sedikit berlatihlah merasa nyaman dalam membuat keadaan Anda menyenangkan untuk orang lain. Ini cara awal memulai mengerti lebih dulu.
2. Tebarkan

Anda tak harus jadi dermawan, jika harta Anda terbatas. Tapi menjadi dermawan tak harus selalu berarti berbagi harta. Percayalah, Anda kaya! Anda dapat membaginya dengan orang lain. Kekayaan hati Anda akan menuntun Anda melakukan hal-hal yang mulia dan nilainya jauh lebih besar dari segala harta dunia yang ada di tangan Anda sekarang. Mulailah memberikan diri untuk mendengarkan orang lain, memberikan semangat, mendorong motivasi sahabat, meluangkan waktu memberikan pengharapan positif dalam keadaan yang negative. Berikanlah pujian kepada teman saat perbuatan baik terjadi. Ajarkan anak-anak tentang kasih sayang sosial. Rentangkan kebiasaan memaafkan. Mulailah mengerjakan bantuan-bantuan kecil sederhana yang dapat membuat hari orang lain di sekitar Anda lebih bersinar dari biasanya. Ini membawa Anda menjadi pribadi yang peduli dengan keadaan orang lain.
3. Terbang Makin Tinggi

Perubahan tidak terjadi dalam sekali tindakan. Seperti air dapat membuat lobang di batu, reaksi terjadi bukan setelah butir air pertama yang jatuh, tetapi ketika telah berjuta-juta butir air terus-menerus jatuh di tempat yang sama. Jangan berhenti peduli. Ini jauh lebih menyenangkan dilakukan ketimbang menuntut orang lain melakukannya bagi Anda. Jadilah seseorang yang mengerti lebih dulu.
- Christine Fald, Motivator & Sr. Coach Personal Development

Kamis, 01 April 2010

SAMA SAJA

Suatu pagi seorang polisi yang berjaga di jalur 3 in 1 menghentikan sebuah mobil yang dicurigai berpenumpang kurang dari 3 orang dan tidak menggunakan sabuk pengaman.

“Selamat pagi, pak!  Bapak memasuki kawasan 3 in 1 dan saat ini waktu masih menunjukkan pukul 08:45 menit, sedang dalam kendaraan bapak seorang diri tanpa sabuk pengaman pula.  Saya harus menilang bapak”, tabik pak polisi.

“Anda tahu siapa saya?“ tanya si pengemudi dengan muka garang sambil menurunkan kaca jendela mobil.

“Saya ini Ketua Komisi Dewan Pamong Praja. Saya terlambat menghadiri rapat komisi yang sangat penting, tahu? Jangan halangi jalan saya, rapat komisi tidak dapat dimulai tanpa kehadiran saya.  Mengerti kamu?! “ hardik si pengemudi.

“Saya mengerti masalah Bapak,“ jawab petugas patroli tenang cekatan.

“Karena itu saya menulis surat tilang ini secepat mungkin. Bapak ingin denda 1 juta atau seratus ribu?“

Wuahaaahahaaa... emang enak? Pinter pak polisi.

Selasa, 16 Maret 2010

KEDATANGAN OBAMA : INDONESIA TERSERET POWER POLITICS?


Pengantar

Indonesia bakal kedatangan seorang tamu. Tak tanggung-tanggung, Presiden AS Barrack Obama, yang dielu-elukan oleh publik Indonesia sebagai seorang public figure dengan memajang patungnya ini, dijadwalkan melakukan serangkaian kunjungan ke Indonesia, di antaranya Jakarta dan Bali. Dikabarkan, turut serta dalam kunjungan ini isteri Obama, Michelle Obama beserta staf kepresidenan AS.

Tak pelak, rencana kunjungan ini memicu pro-kontra di publik Muslim Indonesia. Sebagian kalangan menolak kedatangan Obama sebagai aksi protes terhadap aktivitas Amerika Serikat di Indonesia dan negara-negara dunia ketiga lain. Sebagian lain mendukung dengan alasan "menghormati tamu".

Terlepas dari pro-kontra tersebut, kedatangan Barrack Obama memiliki dimensi tersendiri jika kita pandang dari kacamata politik internasional. Banyak pihak yang skeptis dengan sikap Obama pasca-kedatangannya , karena "power politics" masih menggelayut dalam konstelasi politik internasional. Karena, kedatangan Obama diyakini memiliki muatan-muatan politis, layaknya kunjungan kepala negara lain. Sudut pandang realisme memandang, tanpa adanya penekanan pada kepentingan nasional, hukum internasional, serta balance of power, hegemoni dan dominasi dari suatu negara ke negara lain akan tetap ada.

Atas basis sikap inilah muncul argumen bahwa kedatangan Obama memiliki dimensi "power". Persoalannya, Amerika Serikat tidak lagi menggunakan militer (hard power) untuk menekan negara lain. Bagaimana bentuk kontrol (power) Amerika Serikat kepada negara lain? Apakah kedatangan Obama juga sarat dengan bentuk kontrol tersebut?

Kerangka Konseptual: "Power" dan "Realisme Politik"

Ada dua konsep yang perlu kita jelaskan sebelum membahas masalah ini: Kekuasaan dan Realisme Politik. Hans J. Morgenthau, seorang analis politik internasional yang cukup terkenal dalam mazhab realisme, mendefinisikan "power" sebagai "a control of mind and action of other men". Atas basis definisi ini, power dalam konteks politik internasional bersifat sangat abstrak, tidak formal, dan mewujud dalam perilaku pergaulan antarbangsa.

Bagaimana menjaga agar "power" tersebut tidak berubah menjadi chaos internasional? Morgenthau merumuskan enam prinsip dasar (Morgenthau, 1948: 3).

Pertama, politik berada di bawah kendali hukum internasional. Artinya, dalam konteks ini ada hukum yang mengatur pergaulan antarbangsa, dan kekuatan-kekuatan yang ada (great powers) harus menghormati eksistensi hukum internasional ini untuk membatasi kekuasaan yang mereka miliki.

Kedua, kepentingan dalam politik internasional identik dengan kekuasaan ("the concept of interest defined in the term of power"). Secara lebih luas, Morgenthau menjelaskan bahwa setiap pengambil keputuan mendasarkan kepentingan yang ia ambil pada power yang ia miliki. Semakin besar power, bargaining positionnya akan semakin besar pula. Oleh karena itu, untuk mengetahui haluan politik luar negeri atau kebijakan yang diambil oleh seorang pemutus kebijakan bagi negaranya, lihatlah power yang ia miliki. Ini kembali lagi pada konsep power yang telah didefinisikan di atas.

Ketiga, kepentingan yang didefinisikan dalam konteks "power" di atas bersifat dinamis; dalam artian, kepentingan suatu negara tidak berlaku untuk selamanya. Prinsip ini menandaskan bahwa power sebuah negara bisa saja berkurang atau meningkat, dan ini tergantung pada kemampuan sebuah negara-bangsa memanagenya.

Keempat, tindakan politik memiliki signifikansi moral. Artinya, biarpun sebuah negara memiliki hak untuk memperluas "power" dan melindungi kepentingan nasionalnya, mereka tetap harus menghargai prinsip-prinsip moral yang dikenal secara umum dalam pergaulan antarbangsa. Maksudnya, penindasan antarbangsa "haram" dilakukan dalam realisme politik dan "balance of power" tidak boleh memarjinalkan negara lain.

Kelima, Hukum-hukum moral yang diatur dalam pergaulan antarbangsa berlaku untuk semua, dan diberikan atas persetujuan semua pihak. Prinsip realisme politik menolak untuk memberikan persetujuan atas standard moral sebuah negara-bangsa untuk dijadikan landasan hukum internasional, biarpun negara tersebut adalah jajaran "great powers". Sehingga, tidak ada pemaksaan hukum atas sebuah negara kepada negara lain atas dasar powers. Di sisi lain, moral tidak berlaku untuk semua pihak dalam satu seting waktu atau lingkungan. Relasi antara moral dan kepentingan yang terkait tidak boleh menjadi dasar bahwa moral tersebut diuniversalkan dan akhirnya menindas kekuatan lain.

Keenam, politik internasional adalah entitas yang independen, kendati akan sangat terkait dengan aspek-aspek lain semisal ekonomi, hukum, moral, atau pengetahuan. Politik bisa saja dihubungkan dengan ekonomi, tetapi persoalan kekuasaan dan kepentingan harus dijauhkan agar tidak tumpang tindih dengan aspek-aspek lain. Ketika memandang politik internasional, kita hanya akan bicara soal politik, tidak dihubungkan kepada aspek lain secara total.

Dari keenam prinsip ini, menjadi nyata bagi kita bahwa prinsip-prinsip ini telah dilanggar oleh kekuatan-kekuatan besar. Kita dapat melihat, misalnya, Konflik Israel-Palestina, di mana Amerika Serikat terlibat sebagai salah satu pemain yang kerap menguntungkan dan menjadi patron Israel, telah membuat hukum internasional tidak berfungsi. Atau, pergulatan kepentingan di PBB yang menyebabkan hak veto terpolitisasi, menjadikan standard hukum internasional tidak lagi dipertimbangkan secara konsekuen. Pun dalam soal moral internasional, standard moral telah menjadi universal atas kepentingan sang polisi dunia yang unipolar, melalui McWorldisasi (Barber, 1995).

Lantas, ketika prinsip ini dilanggar, dan unipolarisme pasca-perang dingin telah membawa kita pada sebuah kondisi di mana telah terjadi hegemonisasi dalam politik Internasional, konstelasi politik kini bergantung pada perubahan politik di sebuah negeri bernama Amerika Serikat: siapa yang menjadi presiden, ia yang akan memimpin dunia.

Dengan kondisi seperti ini, menjadi relevan bagi dunia untuk mencari penyeimbang baru sebagai "balance of power". Atau, seperti kata Joseph Nye, Guru Besar di Harvard University, Amerika Serikat perlu mendorong penggunaan soft power untuk mencegah chaos di dunia akibat unipolaritas (Nye, 2002). Tetapi, siapa sanggup menyaingi Amerika Serikat? Cina dan India, yang digadang-gadangkan akan menjadi kekuatan baru (Huntington, 1997), masih belum terlihat kompak dalam menekan Amerika Serikat secara hard power. Dunia Islam pun demikian, masih terkooptasi oleh sekat konflik identitas dan politik domestik. Lantas, melengganglah Amerika Serikat sebagai hegemoni dunia.

Konteks Obama

Akan tetapi, pada tahun 2009, konteks politik dunia mulai berubah. Barrack Obama dari Partai Demokrat muncul sebagai pemenang Pemilu. Konstelasi politik internasional mulai berubah. Karakter Obama yang dicitrakan bersahabat, memiliki kedekatan dengan dunia Islam, serta antiperang menjadikan dirinya sedikit diterima di berbagai belahan dunia. Konsep Smart Power yang ia ciptakan menarik minat dunia yang telah putus asa melihat kebengisan Amerika Serikat era Bush. Kita pun bertanya-tanya, inikah awal perubahan dari sang Polisi Dunia?

Jawabnya, belum tentu. Kita bisa menganalisis Amerika Serikat era Obama dalam tiga tingkat analisa yang dikenal dalam studi Hubungan Internasional: Individu, Negara, dan Sistem Internasional.

Pada level analisa individu, Obama memang memiliki karakter khas Partai Demokrat yang "friendly" dan lebih mengedepankan soft power. Di awal-awal pemilu, Obama menggunakan isu antiperang dan antiterorisme sebagai political capital, antara lain dengan melempar isu penutupan penjara di Guantanamo Bay. Atas karakteristik ini, publik Amerika Serikat tertarik dan akhirnya memenangkan Obama sebagai Presiden AS.

Akan tetapi, apakah haluan politik luar negeri AS akan terpengaruh hanya oleh rational actor? Kembali jawabannya belum tentu. Iya, rational actor (Obama) memang akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Tetapi perlu diingat, masih ada bureaucratic- polity (Kegley, 2002). Jika mindset politik luar negeri AS masih berorientasi pada how to intervene the world as a "world cop", kita patut skeptis dengan pendekatan yang Obama tawarkan. Mengapa? Karena pada dasarnya, soft power yang ditawarkan oleh Obama bukan persoalan apakah power yang digunakan untuk kebaikan atau tidak, tetapi lebih pada persoalan "how to control another state". Ini mengacu pada definisi Morgenthau di atas. Dominasi dan Hegemoni AS, apapun jenis power-nya, akan tetap ada (Nye, 2002).

Kendati demikian, ada satu hal lagi yang perlu kita lihat: Amerika Serikat cenderung mengedepankan multilateralisme sebagai soft power-nya. Artinya, sistem internasional yang bersifat unipolar dimanfaatkan oleh Amerika Serikat era Obama untuk merekonstruksi politik luar negerinya. Untuk itulah model smart power digunakan, terutama kepada Iran, Venezuela, atau negara-negara yang selama ini kritis terhadap AS. Di satu sisi, multilateralisme yang dibangun tersebut telah membuat sistem Internasional berubah arah: Amerika Serikat mulai membangun citra diri positif yang diikuti oleh mengendurnya penggunaan koersi dan militer. Akan tetapi, di sisi lain, unipolaritas tetap unipolar dan Hegemoni tetaplah hegemoni. Sistem internasional tetap menjadikan Amerika Serikat sebagai "polisi dunia" yang akan tetap setia mengontrol world government (PBB). Pertanyaan yang perlu kita ajukan, apa yang akan terjadi jika kemudian Obama kalah pada Pemilu 2012 dan Amerika Serikat, atau lobi-lobi AIPAC kian kuat dan mendominasi? Ini yang harus dijadikan catatan.

Oleh karena itu, menjadi logis jika kemudian kita merasa skeptis dengan Amerika Serikat era Obama. Tawaran kerjasama yang diberikan di mana-mana terasa sebagai "topeng" untuk melarikan Amerika Serikat dari tanggung jawabnya menyelesaikan pelbagai konflik yang sebenarnya mereka ciptakan sendiri. Di Iraq, misalnya, berapa jumlah pasukan yang pada saat ini ditarik oleh Obama? Atau, bagaimana politik luar negeri AS dalam konteks Afghanistan- Taliban? Bagaimana kuatnya lobi AIPAC menghalangi dan two-state solution yang ditawarkan sebagai resolusi konflk Israel-Palestina, karena posisi Amerika Serikat berat ke Israel? Ini perlu kita jawab untuk melihat wajah lain Obama dalam politik internasional.

Bagaimana Menyambut Kedatangan Obama?


Ketika tahun lalu Hillary Clinton datang ke Indonesia, ada satu hal yang menjadi fokus pidato Hillary: Indonesia perlu menjadi mitra strategis AS, terutama dalam konteks investasi dan perdagangan. Atase Kebudayaan AS di Indonesia, Anne Grimmes ketika berbicara di Fisipol UGM tahun lalu menyatakan, kedatangan Hillary ke Indonesia sebagai negara tujuan kedua dalam kunjungannya dapat bernilai cukup signifikan bagi pola hubungan AS-Indonesia ke depan.

Jika kita lihat dalam konteks sekarang, kita dapat pula melihat fenomena lain: Mesranya hubungan Indonesia-Cina. Tentu saja, pascakrisis finansial global, muncul kekuatan baru dalam ekonomi dunia, yaitu Cina. Ditandatanganinya ACFTA yang menjadi awal baru hubungan romantis CINA-ASEAN diharapkan diperluas kerjasamanya secara efektif dalam kerang ASEAN+3. Amerika Serikat tentu perlu mewaspadai hal ini, karena sudah jamak diketahui bahwa Perebutan pengaruh AS dan Cina terjadi di beberapa regional, salah satunya Asia Tenggara dan Afrika.

Sehingga, kita tak dapat pula melepaskan konteks kedatangan Obama ke Indonesia dari perisitiwa-peristiw a Internasional kontemporer. Peristiwa lain adalah persoalan Tibet yang memicu sedikit ketegangan antara AS dan Cina, menyusul kunjungan AS ke Dalai Lama yang tidak direstui Cina. Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara dinilai perlu dikendalikan kembali oleh soft power Amerika Serikat.

Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa ada tendensi politik Obama datang ke Indonesia, yang dibalut oleh kenangan "masa kecil" dan lain sebagainya. bagaimana sikap Indonesia idealnya menghadapi datangnya Obama ini? Ada beberapa alternatif yang dapat ditawarkan.

Pertama, meredefinisi kepentingan nasional Indonesia. Jika kita konsisten dengan paradigma realis, kebijakan luar negeri RI harus mengacu pada kepentingan nasional. Hal ini ditegaskan pula oleh H.E. Retno LP. Marsudi, Direktur Jenderal Amerika Serikat dan Eropa Departemen Luar Negeri RI di Fisipol UGM, beberapa waktu yang lalu.

Kedua, menjadikan kedaulatan (souvereignty) sebagai tolak ukur posisi RI. Bagaimana meredefinisi kepentingan nasional RI? Jelas, dalam konteks hubungan Indonesia-AS, ada beberapa hal seperti kedaulatan Indonesia yang perlu jadi kepentingan nasional. NAMRU, misalnya, perlu direnegosiasi agar kedaulatan Indonesia di bidang kesehatan tidak lagi terkotori oleh politik dan kekuasaan Amerika Serikat (Supari, 2008). Dalam konteks pengelolaan sumber daya alam, kita perlu meredesain format pengelolaan sumber daya alam yang tidak menguntungkan investor asing secara luar biasa. Hal-hal seperti ini yang perlu kita redefinisi untuk menyambut Obama.

Ketiga, meningkatkan strength diplomasi Indonesia. Penguatan kapasitas diplomasi bukan berarti peningkatan skill diplomat, karena pada dasarnya diplomat Indonesia telah memiliki kapasitas yang sangat baik dalam menunaikan tugas negara. Hal yang perlu kita perhatikan adalah resources diplomasi dan kapitalisasi isu agar bisa menjadi bargaining position kita dalam forum-forum internasional. Diakui oleh Retno LP. Marsudi, kegagalan kita dalam mempertahankan standing position dalam suatu isu banyak disebabkan oleh bargaining position yang lemah oleh sebab kondisi sosial politik di masa lalu. NAMRU, misalnya, menjadi kelemahan kita karena di masa lalu, klausul kerjasama kesehatan Indonesia-AS justru diminta oleh Indonesia, sehingga dapat dikapitalisasi oleh AS untuk menekan Indonesia. Di sinilah pentingnya sinergisasi antara konstituen diplomasi dengan pengambil keputusan, dan penegasan adanya diplomasi total yang mengerahkan segenap sumber daya dan konstituen diplomasi untuk terlibat menentukan sikap RI dalam diplomasi.

Keempat, menegaskan asas dan identitas politik luar negeri RI, yaitu "bebas-aktif" . Bebas aktif bukan berarti netral. Dalam pidatonya, Hatta telah menegaskan bahwa bebas adalah bebas dari tarikan kepentingan great powers (Hatta, 1949). Atau, lebih kita kenal dalam politik internasional sebagai "power politics". Bebas-aktif tidak seperti yang dituduhkan oleh sebagian pihak sebagai "politik luar negeri banci". Justru, di sinilah kapital Indonesia dalam politik luar negerinya, yang tidak terpengaruh oleh tarikan kepentingan dan power dari mereka yang ingin meneguhkan hegemoninya. Oleh karena itulah, Hatta menambahkan unsur "aktif" dalam haluan politik luar negeri RI yang tetap konsisten "menjaga perdamaian dunia" sebagai tujuan nasional RI. Hal ini pun juga dijelaskan oleh Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, asas politik luar negeri RI ini perlu dijadikan landasan sentral dalam menghadapi kedatangan Presiden AS Barrack Obama.

Dengan keempat tawaran ini, kita perlu merancang sikap dalam menghadapi kedatangan Obama. Realisme politik adalah persoalan power. Dalam dunia unipolar sekarang, perlu kehati-hatian agar tidak terjebak dalam power politics. Untuk itulah kedatangan Obama perlu kita sikapi secara lebih tajam. Awas, jangan terperangkap politik kekuatan dunia!

Bagaimana menurut anda?

Referensi

Barber, Benjamin. Jihad vs McWorld: How Globalism and Tribalism are Reshaping the World penterjemah Hermes Dione (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2001).

Emmerson, Donald K. "Garuda and Eagle: Do Birds of A (Democratic) Feather Fly Together?" The Indonesian Quarterly, Vol. 34 No. 1, First Quarter, 2006.

Hatta, Mohammad. "Mendayung di Antara Dua Karang". Speech presented in front of the Executive Board of Indonesia National Committee (BP-KNIP), September 2, 1948,

Huntington, Samuel P. The Clash of Civilization and Remaking of World Order penterjemah M. Sadat Ismail (Yogyakarta: Qalam, 2007).

Kegley, Charles W. and Eugene R. Wittkopf. World Politics: Trends and Transformation (Belmont: Thomson-Wadsworth, 2006).

Morgenthau, Hans J. Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace (New York, N.Y: Alfred A. Knopf, 1956, second edition, revised).

Nye Jr, Joseph S. "The Paradox of American Power". Speech presented in Robertson Hall, Princeton University, May 8, 2002.

Supari, Siti Fadillah. It is Time for the World to Change: The Divine Hand Behind Avian Influenza (Jakarta: Sulaksana Watinsa Indonesia, 2008).

Sabtu, 20 Februari 2010

MILAD PERAK

Ya Allah,
Kau ciptakan kami dari tiada, menjadi ada
Kemudian Kau kembalikan kami kepada-Mu
Kehidupan kami bejalan dan berputar
sesuai dengan kehendak-Mu

Ya Allah,
Hari ini tiba juga aku di usia ini
Hari di mana aku harus menjadi lebih bijaksana
Hari di mana aku harus menjadi lebih dekat dengan-Mu
Hari di mana aku harus bisa menjadi teladan bagi orang lain

Ya Allah,
Panjangkanlah usiaku agar hidupku menjadi lebih bermanfaat bagi orang lain
Panjangkanlah usiaku agar aku dapat lebih memandang hidup
dengan penuh makna dalam kebesaran-Mu
Panjangkanlah usiaku agar aku dapat membimbing keluargaku
untuk dapat tunduk dan berbakti kepada-Mu
Panjangkanlah usiaku agar aku dapat lebih bersyukur
atas nikmat dan rizqi yang Engkau anugerahkan kepadaku

Ya Allah,
Jadikanlah aku menjadi hamba-Mu yang khusyu’ dan tawadhu’
dalam menerimah hikmah dan berkah-Mu
Bertambah usia dalam hitunganku
berkurang pula usiaku dalam hitungan-Mu

Ya Allah,
Terima kasih Engkau telah mengangkatku
menjadi makhluk dengan derajat yang tinggi
Terima kasih engkau telah memberikan cahaya keimanan kepadaku
sehingga aku dapat lebih mengenal-Mu,

Ya Allah,
Aku percaya bahwa Engkau akan selalu berikan yang terbaik
untuk diriku, keluargaku, orang tuaku dan
semua sahabat sejatiku, yang selalu peduli padaku
Hanya pada-Mu lah aku senantiasa mengabdi dan
Hanya pada-Mu lah aku memohon pertolongan
Kabulkanlah do’a hamba-Mu ini Ya Allah..
Amin..amin..amin..

Yaa Robbal ‘Alamin.

Selasa, 12 Januari 2010

Pola Pengelolaan Hubungan Partai Politik dengan Konstituen

Pada dasarnya mekanisme hubungan partai politik dengan masyarakat sederhana: partai politik membutuhkan suara pemilih dalam pemilu umum. Maka dari itu, partai politik terpaksa harus memperhatikan keinginan para pemilih sebelum mengambil keputusan mengenai program dan kebijakan partai. Artinya, politisi harus mencari informasi tentang kesulitan dan masalah yang sedang dihadapi masyarakat serta kepentingan dan preferensi pemilih. Kemudian partai dapat menawarkan suatu program politik yang membicarakan persoalan-persoalan yang aktual. Dalam kompetisi multi-partai, yang dibutuhkan partai politik adalah responsiveness; kemampuan untuk mendengar dan menjawab. Tanpa mekanisme pengelolaan hubungan dengan masyarakat yang responsif partai politik tidak dapat memaksimalkan hasil di dalam pemilu.

Pengelolaan hubungan dengan masyarakat juga penting bagi keberlangsungan dan survival partai politik sebagai organisasi sosial. Seluruh organisasi berusaha untuk menstabilkan dan mengontrol lingkungannya. Lingkungan yang sangat sentral bagi partai politik adalah konstituennya. Hubungan dan komunikasi dengan masyarakat yang konsisten dan dua arah dapat merupakan stabilisator bagi partai, sebab pemilih merasa lebih akrab dan terikat pada partai dan akan memberikan kontribusi kepadanya. Maka dari itu, partai politik harus berusaha membangun hubungan dengan konstituen yang stabil dan berjangka panjang. Agar hubungan dengan konstituen dapat didirikan dan dikelola dengan baik partai harus mengembangkan pemahaman ideologi dan nilai-nilai dasar partai dan membangun (infra-) struktur partai dulu.




Ideologi dan nilai-nilai merupakan pondasi hubungan partai politik dengan konstituen. Lebih lanjut ada tiga pilar, yaitu sumber daya manusia, prosedur dan mekanisme internal partai, dan sumber daya finansial. Partai harus membangun ideologi sebagai landasan pemikiran dan program partai. Kalau ada ideologi dan nilai-nilai yang jelas, partai dapat mengidentifikasi kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kurang lebih satu kesamaan dengan ideologi yang mau dikembangkan partai tersebut: Baru setelah itu dilakukan pengorganisasian. Kemudian pengembangan program dapat dijalankan. Ideologi dan nilai-nilai dihadapkan pada semua masalah untuk mengembangkan tawaran solusi atas masalah-masalah, baik masalah ekonomi, sosial, antar agama, dll. Ini yang akan membuat ideologi secara terus menerus applied atau hidup. Ini menjadi siklus, sehingga ini menjadi gerak spiral ke atas.




·         Lemahnya pemahaman ideologi dan sistem nilai partai, sehingga  ketika timbul suatu persoalan, tidak terlihat adanya perbedaan yang substansial antara partai satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan masalah tsb. Padahal ketika  ideologi menjadi suatu sistem nilai, ini seharusnya berdampak pada cara berpikir dan menyelesaikan persoalan. Efek dari lemahnya ideologi ini membuat partai menjadi pragmatis. Tidak mengherankan bahwa akhirnya konstituen menjadi lebih pragmatis juga dan punya kecenderungan memilih figur, kedekatan, atau yang banyak uangnya dan sumbangannya.

·         Hubungan partai dengan konstituen sudah terjebak pada pola hubungan jual-beli/transaksional antara buyer dan seller. Untuk mendapatkan suara dalam pemilu, parpol membeli konstituen lewat uang, sembako, kaos, pembangunan mesjid, pembangunan jalan dll.
Hal ini dilestarikan oleh hubungan anggota dewan dengan konstituennya, yang terhanyut dalam pola politik sejenis pasca Pemilu. Alih-alih membuat desain keputusan politik yang merupakan terjemahan dari aspirasi dan kepentingan konstituen, anggota dewan terjebak untuk  memberikan bantuan dan sumbangan yang bersifat karitatif dan berbiaya tinggi.

·         Belum terbangunnya suatu komunitas politik dan infrastrukturnya yang solid, dimana parpol menjadi ujung tombak penyaluran aspirasi dan agregasi kepentintingan komunitas tersebut. Tidak mengherankan ketika pada Pemilu partai A mendapat, katakan-lah 1 juta suara, mereka tidak tahu suara itu berasal dari mana, karena infrastrukturnya belum terbangun.
Suara dalam Pemilu sendiri seyogyanya merupakan konsekuensi logis dari suatu kesepakatan atau komitmen yang dibangun bersama dalam komunitas, dimana parpol menjadi ujung tombaknya.

·         Belum adanya peraturan partai yang mengatur, meng-elaborasi dan mendesain pola mengenai bagaimana membangun hubungan dengan konstituen. Hubungan dengan konstituen menjadi bersifat individu dan tidak sistemik. Seharusnya merupakan kewajiban partai untuk merancang, membangun tradisi dan melembagakan pola hubungan dengan konstituen dalam suatu peraturan partai yang komprehensif.

·         Parpol menggunakan konstituen untuk kepentingan jangka pendek, dimana parpol memakai konstituen sebagai pendulang suara dalam Pemilu, alat legitimasi, alat mobilisasi, tatkala instrument partai membutuhkan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan. Konstituen diposisikan sebagai sub-ordinat untuk memenuhi keinginan dan kepentingan politik partai.

·         Komunikasi dan hubungan parpol dengan konstituen pada umumnya masih satu arah, yaitu dari parpol kepada konstituen. Desain program parpol tidak mencerminkan harapan dan kebutuhan konstituen yang diwakilinya.