SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Blog Pribadi Atma Winata Nawawi

Senin, 13 Juni 2011

Cirebon - Bukti Kejayaan Kesultanan di Nusantara

BUKTI KEJAYAAN KERATON DI CIREBON

Minggu, 12 Juni 2011
Pasca menghadiri undangan Pernikahan salah satu sahabat  kampus di Cirebon Convention Hall, saya yang baru pertama kali singgah ke kota Cirebon menyempatkan diri melihat-lihat tempat kunjungan wisata favorit yang ada di kota ini. Setelah mencari informasi baik melalui media elektronik "Mbah Google" ataupun bertanya kiri-kanan ke sahabat-sahabat yang berasal dari kota ini, saya pun memutuskan untuk singgah ke Keratonan Cirebon. 

Ya, ternyata kebanyakan orang menganjurkan semua wisatawan harus singgah di Keraton Cirebon, karna ternyata tidak kalah besar dengan yang dimiliki oleh Keraton Surakarta ataupun Keraton Yogyakarta. Ditemani dengan istri tercinta dan beberapa teman dari kampus yang kebetulan ketemu di acara pernikahan ini, kami melanjutkan perjalanan ke Keraton Kanoman dan Keraton Kesepuhan Cirebon.

Cirebon, kota yang terletak di utara pantai Pulau Jawa ini memiliki keunikan budaya dan bahasa, disini baik kebudayaan sunda maupun kebudayaan Jawa tidak ada yang dominan, sehingga percampuran dua kebudayaan itu, menjadikan kebudayaan tersendiri yang merupakan akulturasi sunda dan jawa.
Kerajaan Cirebon sangat erat kaitannya dengan keturunan dari Prabu Siliwangi yang terdapat di Kerajaan Pajajaran, dan gambar disamping adalah lukisan Prabu Siliwangi yang unik, karna dapat dilihat secara 3D (mengingatkan saya akan lukisan Monalisa di Museum Louvre, Prancis).
Awalnya setelah guide menjelaskan bahwa lukisan ini dapat mengikuti gerakan orang yang melihatnya, saya agak ragu, namun setelah saya geser ke kiri-kanan dan melihat lihat gerak mata dan arah jempol kaki kirinya, saya pikir benar juga, teknik melukis dan pemilihan bahan nya ini pasti sangat khusus, sehingga orang yang melihatnya dibuat seolah-olah benda ini bergerak mata dan jempol kakinya. Bagaimana teknologi seperti ini dapat dipikirkan oleh masyarakat yang hidup di abad 15? Satu lagi ciri kejayaan Nusantara.

Ada lagi yang membuat saya makin terkagum-kagum dengan kejayaan Kesultanan Cirebon, yaitu Kereta Kencana yang umurnya sudah sekitar 5 abad, dibuat pada tahun 1500an, sampai hari ini Kereta tersebut masih terawat utuh didalam museum Keraton. Kereta yang bernama Singa Barong ini memiliki keunikan dan teknologi yang menarik, seperti badan kereta yang dapat berayun mengikuti bentuk gelombang jalan (seperti per pada mobil), kemudian sayap yang dapat mengepak sendiri, dan lidah yang dapat menjulur keluar-masuk. Hampir kesemua bahan kereta ini dibuat dari Kayu khusus yang telah diberi kesaktian (begitu menurut pemandu saya).
Ditambah lagi kereta yang ditarik dengan 4 ekor kerbau ini, memiliki roda belakang yang jari-jarinya masuk kedalam, dan dibuat miring, sehingga ketika melewati jalanan berair/becek, tidak mengotori pengawal yang ada dibelakang kereta. Saking kagumnya, sampai sekarang saya masih berpikir dan membandingkan, di abad ke-15 bangsa kita sudah mampu memikirkan ini, kalo siklus peradaban berjalan positif dan benar, mestinya kita bisa mengalahkan bangsa lain dalam membuat kendaraan. Barangkali hanya pemikiran yang tidak terlalu penting, hehehe.

Kemudian adalagi tandu untuk Putra Mahkota keraton yang dinamakan Tandu Garuda Mina, tandu ini memiliki kepala Burung Garuda dan ekor Ikan Mina, yang dilengkapi sayap-sayap di kedua sisinya.
Saat berjalan, pangeran yang berada didalam tandu akan mengibas-ngibaskan sayapnya, sehingga seperti sedang berada dalam gendongan garuda yang melindunginya.
Filosofi ini sangat mendidik, dimana kepala Burung Garuda mengajarkan kepada sang Putra Mahkota agar berpikir dan bertindak ke depan dan membawa kesultanan pada kejayaan, sementara ekor ikan memiliki filosofi bahwa setinggi-tingginya terbang, dia harus ingat akan nasib rakyatnya yang ada dibawah atau didasar lautan. Jadi kepala boleh saja ada terbang melayang diatas udara, namun harus tetap ingat akan yang ada di dasar lautan.
Andaikata filosofi ini masih diwariskan dengan baik oleh para pemimpin negeri ini, saya yakin negeri ini akan jauh lebih beradab dan maju.

Bertukar cindera mata sudah jadi kebiasaan bagi masyarakat sejak peradaban manusia dimulai, tidak terkecuali dengan peradaban bangsa Eropa dan Kesultanan Cirebon. Biasanya cinderamata yang dibawa menandakan bagaimana peradaban yang terdapat di negara asal, bila di Eropa sedang bangkit peradaban seni, maka barang yang dihasilkan adalah produk yang sejenis keramik.
Dalam menyampaikan barang cindera mata, biasanya juga terdapat nilai-nilai yang ingin dibagi, seperti gambar keramik disamping, menceritakan tentang kisah-kisah Nabi dalam Injil/Bubble. Karena kesultanan Cirebon sudah memeluk Islam, cinderamata ini tetap diterima dengan baik dan dipasang di ruang penerimaan tamu kesultanan. Akibat ketidak pahaman, pemasangan kisah dalam Injil/Bubble ini malah tidak berurutan, sehingga terpasang tanpa memiliki alur cerita dan kaitan antara satu dengan yang lain.
Selain keramik dari Eropa, juga terdapat keramik dari Cina, dan benda-benda lain dari India, Gujarat, dan Mesir. Semua ini menandakan bahwa Kesultanan Cirebon semenjak dahulu sudah menjalin hubungan dengan Kerajaan-kerajaan di Negeri lain, bayangkan betapa berjayanya bangsa Indonesia semenjak zaman lama.
Demikianlah petualangan satu hari saya di Kota Cirebon, saya tidak bisa berlama-lama disini, karena harus melanjutkan perjalanan kembali menuju Jakarta. Cirebon yang menawan, suatu bukti kejayaan negeriku.

Atma Winata Nawawi

"CARI" -Puisi Galau-



Ketika kegalauan menunda segalanya
Hingga tak mampu tuk berdiri
Terbisik akhir sebuah cerita
Obat luka, habiskan duka
Kau tetap coba berdiri
Berkeras
Kegalauan menepis segalanya
Gejolak, meledak
Sampai tak berakhir sebuah cerita
Menatapi segalanya
Meratapi segalanya
Berfikir segalanya
Kau, mampu mencoba berdiri
Hanya mencoba, sendiri, dan sendiri
Segalanya kepada Tuhan 
Hanya setumpuk penat
Di atas gundah yang penuh sesak
Tak mampu lagi kau berpijak
Hati dan otak bercorak, terbaur
Hati dan otak berkarat, tercebur
Hati dan otak berkhianat, hancur
Lelapkan hati sesaat
Tenangkan otak sejenak
Tanya dirimu
Gambar dirimu
Kepada siapa engkau berada