SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Blog Pribadi Atma Winata Nawawi

Jumat, 10 Mei 2013

AL-MU'ID ; YANG MAHA MENGEMBALIKAN

Dia (Allah) yang menyiptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat Yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ar-Rumm: 27)

Adalah wajar jika manusia bertanya-tanya tentang kehidupannya setelah mati, apakah mereka binasa selamanya atau akankah mereka kembali dihidupkan. Pertanyaan seperti itu tak mungkin bisa dijawab secara memuaskan oleh sains maupun teknologi. Kecerdasan intelektual manusia yang sangat terbatas itu tak mungkin bisa menjawab misteri ini. Itulah sebabnya, Allah mengutus para Nabi dan Rasul serta menurunkan wahyu untuk menjelaskan berbagai masalah ghaib yang terlihat gelap bagi mata telanjang.

Jangankan manusia biasa, Nabi Ibrahim yang disebut sebagai khalilullah, kekasih Allah, yang keyakinan dan keimanannya telah mencapai seratus persen itu masih minta ditunjukkan “simulasi” penciptaan kembali. Allah tidak tersinggung dengan permintaan Ibrahim tersebut, Dia hanya bertanya, apakah kamu kurang percaya? Ibrahim menjawab, bukannya kurang percaya, tapi justru untuk lebih meyakinkan keimananku. Pendek cerita, Ibrahim diperintahkan untuk menangkap beberapa burung, lalu burung-burung itu dicincang-cincang menjadi beberapa bagian. Masing-masing bagian diletakkan di atas bukit, lalu Ibrahim diperintahkan untuk memanggil semuanya. Potongan-potongan daging burung itu lalu menyatu kembali, hidup, dan bisa terbang lagi.

Subhanallah, simulasi tersebut bukan sulap, bukan magic, juga bukan permainan ketangkasan. Melalui simulasi itu Allah hendak meyakinkan manusia bahwa mengembalikan kejadian makhluk-Nya kepada keadaan semula itu lebih ringan daripada membuat materi baru. Walaupun di sisi Allah tidak ada istilah lebih ringan dan lebih berat. Bagi Allah segala kehendak-Nya pasti terjadi. Jika Dia berkehendak, cukup bagi-Nya berfirman “kun” (jadilah), maka jadi.

Kaum musyrikin, sebagaimana juga kaum lain yang tidak mendapat informasi dari Allah melalui wahyu yang diturunkanNya akan terheran-heran jika ada yang menyatakan bahwa ada kehidupan setelah mati. Mereka bertanya-tanya, apakah setelah manusia menjadi tulang belulang, bahkan telah melebur menjadi tanah bisa dihimpun dan dapat hidup lagi? Karena yang merasa heran atas kejadian tersebut bukan hanya kaum musyrik yang hidup pada jaman Nabi, tapi akan selalu ada orang yang bertanya-tanya soal itu hingga akhir zaman, maka al-Qur’an perlu menginformasikannya: “Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan debu, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (QS. Al-Isra’: 49)

Pertanyaan yang menggambarkan keraguan, bahkan ketidakyakinan itu jangan dibiarkan. Pertanyaan seperti itu harus dijawab secara tegas melalui argumentasi yang pas dan akurat. Dalam hal ini Allah membimbing Nabi Muhammad untuk menjawab mereka, sebagaimana tertera dalam al-Qur’an:

Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu, atau menjadi makhluk lain yang menurut pikiranmu tidak mungkin (bangkit kembali). Mereka akan bertanya, siapa yang akan mengembalikan kami lagi (seperti semula)? Katakanlah, “yang menciptakan pertama kali.” Lalu mereka akan menggelengkan kepala kepadamu dengan mengatakan, “Kapan akan terjadi?” Katakanlah, boleh jadi segera. (QS. Al-Isra: 50 – 51)

Al-Qur’an adalah kalamullah, ia merekam berbagai kejadian masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Al-Qur’an juga merekam berbagai gejolak yang timbul dalam benak dan pikiran manusia, baik yang disembunyikan maupun yang dinyatakan. Di antara gejolak pikiran yang timbul berkaitan dengan topik kita kali ini, direkam secara tajam melalui firmanNya:

"Dan (manusia durhaka) membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” katakanlah, “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menyiptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau itu”. Dan tidaklah Tuhan yang menyiptakan langit dan bumi itu berkuasa menyiptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasin: 78 – 81)
Dialah Al-Mu’id, Tuhan Yang Maha Mengembalikan. Masih adakah keraguan dalam pikiran dan perasaan kita? Mudah-mudahan kita kembali ke jalan yang lurus.

Jumat, 03 Mei 2013

SEKILAS TENTANG KANTOR FREE WEST PAPUA CAMPAIGN DI OXFORD



SEBUAH kantor kecil ternyata bisa bikin para politisi penghuni Kompleks Parlemen Senayan gerah. Itulah kantor OPM (Organisasi Papua Merdeka). 

Ceritanya, pada 29 April 2013, pemimpin OPM di Inggris Benny Wenda membuka secara resmi kantor Free West Papua Campaign di Kota Oxford. Acaranya sederhana, dihadiri tak lebih dari 50 orang. Tapi jadi berita besar karena reaksi keras pemerintah dan politisi di Jakarta. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa meminta klarifikasi sekaligus memprotes langsung Dubes Inggris Mark Canning di Jakarta. Dari Senayan, nada protes terdengar lebih beragam: panggil Dubes Inggris ke Komisi I, tutup kantor OPM, dan tarik Dubes Indonesia di London.

Reaksi keras muncul gara-gara Walikota Oxford menghadiri acara serta ikut menggunting pita pada peresmian kantor itu. Kehadiran sang pejabat dipersepsikan sebagai dukungan Pemerintah Inggris terhadap gerakan Papua Merdeka. Padahal sikap Dewan Kota Oxford sama sekali tidak mewakili pandangan politik luar negeri Inggris. Persis dukungan seorang anggota parlemen di sana terhadap Papua Merdeka yang tak bisa dipersepsikan sebagai dukungan Parlemen Inggris secara resmi.

Kita juga tidak bisa meminta pemerintah Inggris untuk menutup kantor OPM di negara itu. Sebab, undang-undang di Inggris memang mengizinkan pembukaan kantor itu. Tidaklah elok jika kita mendesak pemerintah suatu negara untuk melanggar aturannya sendiri.

Apa yang terjadi di Inggris sebenarnya juga terjadi di Indonesia. Hizbut Tahrir (HT), organisasi internasional Islam yang berpusat di London, terlarang di Inggris. Tapi, tidak demikian di Indonesia. Karena itu, HT mendirikan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang aktif memperjuangkan ide pendirian pemerintah Islam sedunia yang disebut Khilafah Islamiyah. Beberapa acara HTI pun dihadiri pejabat pemerintah.

Pemerintah Indonesia jelas bersalah jika melarang berdirinya cabang Hizbut Tahrir di Indonesia karena mereka tidak melanggar undang-undang. Juga keliru bila pemberian izin sekaligus kehadiran pejabat dalam acara HTI dipersepsikan sebagai dukungan Pemerintah Indonesia atas gagasan Khilafah Islamiyah.
  
Internasionalisasi Kasus Papua

Mulanya, pembukaan kantor OPM di Oxford hanyalah sebuah peristiwa kecil. Hampir tak ada liputan media. Namun, setelah muncul reaksi keras pemerintah dan DPR, peristiwa itu bukan hanya digunjingkan media di Indonesia tapi juga oleh media internasional.

Liputan media adalah berkah bagi Benny Wenda dan kawan-kawan. Sebab, salah satu agenda kelompok OPM di luar negeri adalah internasionalisasi kasus Papua. Tujuannya, membangun kesadaran masyarakat internasional bahwa ada masalah di Papua. Dari situ mereka berharap ada dukungan dari penjuru dunia terhadap gerakan Papua Merdeka.

Soal internasionalisasi kasus Papua ini perlu dipahami Jakarta. Internasionalisasi bakal selalu mencuat bila di Papua terjadi hal-hal yang buruk semisal kasus pelanggaran hak asasi manusia, kegagalan pemerintah menyejahterakan rakyat, kasus korupsi, dan sebagainya. Setiap kebobrokan yang terjadi di Papua akan digiling sebagai pesan kampanye kelompok Papua Merdeka di luar negeri.
Jika para pejabat pemerintah dan kalangan DPR di Jakarta tidak ingin terjadi internasionalisasi kasus Papua, maka rumusnya sederhana: jangan berlaku buruk di Papua. Lenyapkan kebobrokan, lakukanlah hal baik seperti penegakan hukum dan penegakan hak asasi manusia. Operasi militer harus dihindari dan diganti dengan dialog dalam menyelesaikan konflik politik. Berantas korupsi dan sejahterakan rakyat! Itulah tuntutan masyarakat Papua.

Rumus ini terbukti efektif dalam kasus penembakan anggota TNI di Puncak Jaya oleh pasukan TPN OPM (Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka) yang dipimpin Goliat Tabuni, Februari 2013. Meski berduka karena kehilangan personil militer, pemerintah menanggapi dengan tenang. Tidak bertindak keras dengan senjata, pemerintah berupaya mendahulukan proses hukum atas kasus penembakan tersebut. 

Hasilnya, aksi kekerasan TPN OPM dikecam dunia internasional. Bahkan kecaman juga datan dari negara-negara yang jadi basis kampanye gerakan Papua Merdeka seperti Australia, Amerika, dan Inggris. Rumus serupa hendaknya dapat diterapkan untuk mengatasi masalah kantor OPM di Oxford atau di mana pun. 

Solahudin, peneliti Papua