CICAK...CICAK di dinding...
Diam-diam merayap...
Datang seekor TIKUS
Hap...langsung ditangkap...
Apa yang ditangkap? Ternyata yang ditangkap adalah CICAK nya... bukan TIKUS nya.. inilah cerita di negeri para binatang.
Sebuah pedang keadilan diberikan kepada BUAYA, GODZILLA, dan CICAK. Pedang keadilan milik CICAK memang agak kecil tapi sangat tajam. Pedang itu digunakan untuk memenggal para TIKUS, yang gesit kesana-kemari, menebar feromon yang membuat jatuh cinta beberapa BUAYA dan GODZILLA.
Sebenarnya, di mata para penduduk Negeri Binatang, tikus sangat menyebalkan karena menebar penyakit. Namun harta karunnya yang banyak membuat tikus dapat mendekati siapa saja, sehingga tentu akan melancarkan bertambahnya kekayaan.
Adalah tikus besar yang memiliki Gudang Penimbunan Harta, yang karena ingin abadi dinamai 100 Tahun. Tikus bermain terendus oleh cicak. Cicak pun bergerak sepanjang dinding untuk mencari tahu, kadang dengan mencuri dengar, apa yang dibicarakan tikus, buaya dan Godzilla...
Rupaya Buaya yang memiliki loyalitas tinggi, yang seharusnya kepada rakyat negeri, tapi karena ada iming-iming dari sang tikus, loyalitasnya menjadi bergeser. Karena tidak terima kalau perbincangan mereka dicuri dengar oleh tikus, maka murka lah sang buaya, dan segera di rekayasa agar sang cicak di tangkap dan masuk bui. Seluruh rakyat negeri binatang bergeming dan meminta agar sang cicak dikeluarkan dari bui.
Sang tikus panik karena perbincangannya dengan buaya dan godzilla didengar oleh seluruh rakyat negeri binatang.
Sang Tikus pun beralih rupa menjadi KAKI SERIBU, dikiranya dapat melarikan diri karena berkaki banyak. Namun ternyata seluruh penduduk negeri binatang sudah geram, marah terhadap tikus yang memang bisa beralih rupa menjadi Kaki Seribu atau bahkan bunglon karena bisa menyesuaikan diri dengan keadaan di sekelilingnya. Atau kadang menjadi BADAK, terutama di bagian wajah karena tidak gentar muncul di media untuk berbicara seolah bak hewan paling suci.
Cicaak terus bergerak, didukung oleh seluruh penduduk negeri tikus mulai kelimpungan, tetapi karena mudahnya beranak pinak jangan harap mereka berhenti berkembang biak. Buaya mulai merapikan rumahnya yang bolong sana-sini dan terlihat jelek dari luar. Godzilla pun mulai menata ulang interior rumahnya supaya terlihat cantik.
Balada cicak, buaya, tikus, dan godzilla ini memang tidak mewakili apapun dan kejadian dimanapun, tapi karakter dalam cerita diatas ini sangat mungkin untuk terjadi dimanapun dan kapanpun.
Mari kita mewaspadai orang-orang disekeliling kita agar terhindar dari ketamakan tikus dan kejahatan sang buaya, dan tidak amanahnya Godzilla.