Rasulullah
Muhammad saw menyebutkan bahwa orang
yang berpuasa itu doanya mudah terkabul; namun bukan itu saja kesempatan
terkabulnya doa. Secara menyeluruh Allah SwT menyebutkan antara lain dalam firmanNya:
DAN
TUHANMU BERFIRMAN: "BERDOALAH KEPADAKU, NISCAYA AKAN KUPERKENANKAN BAGIMU..”
(Surah al-Mu'min [40] ayat 60)
.. AKU
MENGABULKAN PERMOHONAN ORANG YANG MENDOA APABILA IA BERDOA KEPADAKU, MAKA
HENDAKLAH MEREKA ITU MEMENUHI (SEGALA PERINTAH) KU ..(Surah al-Baqarah [2] ayat
186)
Namun
demikian yang perlu kita perhatikan adalah bahwa untuk terkabulnya suatu doa
itu Allah adalah penentu akhir. Allah mungkin saja langsung mengabulkan
permintaan hambaNya dalam doanya, menunda pengabulannya, atau “tidak memenuhi”
doanya tetapi mengganti pemenuhan doa itu dengan menyelamatkannya dari balak
atau malapetaka. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah menyebutkan:
“Tidak
seorang muslim pun yang berdoa kepada Allah azza wa jalla, sedangkan doanya itu
tidak mengandung dosa ataupun kehendak memutuskan silaturakhim, kecuali akan
diberi salah satu dari tiga hal:(1) dikabulkan segera, (2) ditangguhkan menjadi
simpanan di akhirat kelak, (3) menghindarkan orang itu dari bahaya akibat apa
yang diminta itu..” (HR Ahmad).
Jika
kita merasa sudah banyak berdoa tetapi berasa doa belum terkabulkan, mungkin
saja karena kita kurang mendekatkan diri kepada Allah. Sulit juga terkabulnya
doa jika doa itu belebihan, tidak wajar, misalnya berdoa memohon untuk
dijadikan presiden NKRI tahun depan. Apalagi jika doanya tidak disertai dengan
kesungguhan hati, ataupun masih ragu akan terkabulkannya doanya. Bahkan jika
kita “bosan”, tidak mau lagi berdoa, maka Allah tidak lagi menanggapi doa kita.
Lebih jauh harus kita fahami bahwa jika Allah menyayangi hambaNya, maka Dia
akan banyak memberi coba “berat” kepada hambaNya itu, agar dia menjadi banyak
berdoa dan menjadi lebih mendekatkan diri lagi kepadaNya.
Lebih
sulit lagi terkabulnya doa jika orang kurang bersyukur atas nikmat Allah,
ataupun juga menyibukkan diri mencari-cari dosa dan aib orang untuk bahan ghibah,
justru lupa akan menelisik kesalahan dirinya sendiri untuk berbenah diri.
Jika
kita selama ini merasa doa kita banyak yang “tidak” terkabul, marilah kita
lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam cara sesuai dengan
peluang yang ada, termasuk mencari washilah (andalan). Untuk ini mestinya kita
tidak lupa kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua yang pintunya tertutup
oleh batu; ternyata andalan yang terkuat dalam berdoa untuk penyelamatkan diri
itu adalah amalan yang lalu yang terkait dengan perbuatan sosial, yang untuk
kebaikan orang lain.
Mudah-mudahan
upaya-upaya kita lebih jauh akan memudahkan terkabulnya doa kita untuk segera
tercapainya masyarakat negara yang adil, makmur, dalam ampunan Allah.
Wa ‘l-Lahu
a'lamu bi ‘sh-shawwab.