Dia (Allah) yang menyiptakan (manusia) dari permulaan, kemudian
mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu
adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat Yang Maha Tinggi di
langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. Ar-Rumm: 27)
Adalah wajar jika manusia bertanya-tanya tentang kehidupannya setelah
mati, apakah mereka binasa selamanya atau akankah mereka kembali
dihidupkan. Pertanyaan seperti itu tak mungkin bisa dijawab secara
memuaskan oleh sains maupun teknologi. Kecerdasan intelektual manusia
yang sangat terbatas itu tak mungkin bisa menjawab misteri ini. Itulah
sebabnya, Allah mengutus para Nabi dan Rasul serta menurunkan wahyu
untuk menjelaskan berbagai masalah ghaib yang terlihat gelap bagi mata
telanjang.
Jangankan manusia biasa, Nabi Ibrahim yang disebut sebagai
khalilullah, kekasih Allah, yang keyakinan dan keimanannya telah
mencapai seratus persen itu masih minta ditunjukkan “simulasi”
penciptaan kembali. Allah tidak tersinggung dengan permintaan Ibrahim
tersebut, Dia hanya bertanya, apakah kamu kurang percaya? Ibrahim
menjawab, bukannya kurang percaya, tapi justru untuk lebih meyakinkan
keimananku. Pendek cerita, Ibrahim diperintahkan untuk menangkap
beberapa burung, lalu burung-burung itu dicincang-cincang menjadi
beberapa bagian. Masing-masing bagian diletakkan di atas bukit, lalu
Ibrahim diperintahkan untuk memanggil semuanya. Potongan-potongan daging
burung itu lalu menyatu kembali, hidup, dan bisa terbang lagi.
Subhanallah, simulasi tersebut bukan sulap, bukan magic, juga bukan
permainan ketangkasan. Melalui simulasi itu Allah hendak meyakinkan
manusia bahwa mengembalikan kejadian makhluk-Nya kepada keadaan semula
itu lebih ringan daripada membuat materi baru. Walaupun di sisi Allah
tidak ada istilah lebih ringan dan lebih berat. Bagi Allah segala
kehendak-Nya pasti terjadi. Jika Dia berkehendak, cukup bagi-Nya
berfirman “kun” (jadilah), maka jadi.
Kaum musyrikin, sebagaimana juga kaum lain yang tidak mendapat
informasi dari Allah melalui wahyu yang diturunkanNya akan
terheran-heran jika ada yang menyatakan bahwa ada kehidupan setelah
mati. Mereka bertanya-tanya, apakah setelah manusia menjadi tulang
belulang, bahkan telah melebur menjadi tanah bisa dihimpun dan dapat
hidup lagi? Karena yang merasa heran atas kejadian tersebut bukan hanya
kaum musyrik yang hidup pada jaman Nabi, tapi akan selalu ada orang yang
bertanya-tanya soal itu hingga akhir zaman, maka al-Qur’an perlu
menginformasikannya: “Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah
menjadi tulang belulang dan debu, apa benar-benarkah kami akan
dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?” (QS. Al-Isra’: 49)
Pertanyaan yang menggambarkan keraguan, bahkan ketidakyakinan itu
jangan dibiarkan. Pertanyaan seperti itu harus dijawab secara tegas
melalui argumentasi yang pas dan akurat. Dalam hal ini Allah membimbing
Nabi Muhammad untuk menjawab mereka, sebagaimana tertera dalam
al-Qur’an:
Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk
yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu, atau menjadi makhluk lain
yang menurut pikiranmu tidak mungkin (bangkit kembali). Mereka akan
bertanya, siapa yang akan mengembalikan kami lagi (seperti semula)?
Katakanlah, “yang menciptakan pertama kali.” Lalu mereka akan
menggelengkan kepala kepadamu dengan mengatakan, “Kapan akan terjadi?”
Katakanlah, boleh jadi segera. (QS. Al-Isra: 50 – 51)
Al-Qur’an adalah kalamullah, ia merekam berbagai kejadian masa
lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Al-Qur’an juga merekam
berbagai gejolak yang timbul dalam benak dan pikiran manusia, baik yang
disembunyikan maupun yang dinyatakan. Di antara gejolak pikiran yang
timbul berkaitan dengan topik kita kali ini, direkam secara tajam
melalui firmanNya:
"Dan (manusia durhaka) membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa
kepada kejadiannya. Ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan
tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” katakanlah, “Ia akan
dihidupkan oleh Tuhan yang menyiptakannya kali yang pertama. Dan Dia
Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan
untukmu api dari kayu yang hijau itu”. Dan tidaklah Tuhan yang
menyiptakan langit dan bumi itu berkuasa menyiptakan kembali jasad-jasad
mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha
Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yaasin: 78 – 81)
Dialah Al-Mu’id, Tuhan Yang Maha Mengembalikan. Masih adakah keraguan
dalam pikiran dan perasaan kita? Mudah-mudahan kita kembali ke jalan
yang lurus.