Ilmu Falak tergolong ilmu yang paling tua dalam lintasan sejarah
peradaban manusia. Ilmu Falak memiliki banyak istilah diantaranya adalah
ilmu hisab dan ilmu rukyah. Dinamakan ilmu hisab karena dalam Ilmu
Falak tidak terlepas dari perhitungan, dan dinamakan ilmu rukyah karena
dalam Ilmu Falak tidak terlepas dari aktivitas pengamatan, baik itu
pengamatan bintang, hilal (bulan muda) maupun matahari. Namun kata Falak
itu sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti orbit atau lintasan.
Eksistensi Ilmu Falak menerjang sejarah dan peradaban dunia hingga
saat ini. Dulu masyarakat Mesir Kuno mengamati pergerakan matahari dan
bintang-bintang, sehingga mereka mengetahui panjang waktu satu tahun
dengan hasil yang hampir sempurna. Masyarakat dulu yang terkenal dalam
pengamatan benda-benda langit adalah mereka yang tinggal di daerah
Mesopotamia (daerah antara sungai Eufrat dan sungai Tigris) seperti
Babylonia dan Assyria. Mereka meninggalkan catatan Astronomi dari
sekitar tahun 3000 SM.
Sekarang ini, karya tulis di bidang Ilmu Falak dan Astronomi serta
perhitungan dan pemrograman pun juga tak kalah ketinggalan. Hal ini
terbukti dari banyaknya software-software Ilmu Falak dan Ilmu Astronomi
yang bertebaran di dunia maya. Sebut saja Winhisab Version 2.0 oleh
Badan Hisab Rukyah Departemen Agama Republik Indonesia, Mawaqiit version
2000.09 oleh Dr. Ing. Khafid, Mooncalc Version 6.0 oleh Monzur Ahmed,
Athan Version 1.5 oleh IslamicFinder.org, Accurate Times oleh Muhammad
Odeh, Starrynight Pro Version 5.8.2, Lunarphase Version 2.61, dan lain
sebagainya (hlm.viii).
Akan tetapi sampai sekarang ini belum pernah ada buku atau literatur
yang membahas tentang siapa tokoh yang mencetuskan Ilmu Falak. Sampai
saat ini para Ahli Falak dan Ahli Astronomi sering menobatkan Nabi Idris
As. atau Hermes sebagai tokoh peletak batu pertama Ilmu Falak.
Sayangnya hal ini belum pernah dibuktikan secara ilmiah dan menelusuri
lebih jauh tentang kebenaran siapa penemu Ilmu Falak.
Dalam
buku berjudul “Penemu Ilmu Falak: Pandangan Kitab Suci dan Peradaban
Dunia” yang ditulis oleh Nur Hidayatullah Al-banjary ini akan mengupas
secara tuntas mengenai tokoh yang pertama kali mencetuskan Ilmu Falak di
dunia ini. Dengan menggunakan metode pendekatan sejarah (historical approach)
serta mengaitkan antara kitab-kitab sejarah dengan peradaban bangsa
kuno (mitologi Yunani, Romawi, Mesir), buku ini mencoba mengetahui siapa
sejatinya sosok Nabi Idris dalam kacamata peradaban bangsa-bangsa dan
agama-agama di dunia. Hal ini bertujuan mencari kebenaran terhadap
informasi yang telah berkembang selama ini.
Dalam perspektif kitab suci dari agama-agama yang berkembang di
dunia, terdapat perbedaan terkait dengan sosok Nabi Idris. Dalam
perspektif kitab Taurat, Nabi Idris atau Enoch merupakan seorang raja
kuno yang bijaksana, ia merupakan pahlawan banjir dalam kebudayaan
Mesopotamia Kuno (hlm.38). Sementara dalam kitab Injil, Nabi Idris atau
dalam bahasa Ibrani disebut Hanokh, ia adalah putra dari Yared yang
telah berjihad dan akhirnya dimasukkan ke surga (hlm.47). Sementara
dalam persepektif Al-Qur'an sebagaimana yang disebutkan dalam Tafsir
Al-Baidlowi, Nabi Idris dikenal sebagai orang yang pertama kali menulis
dengan pena dan orang yang mengenal ilmu bintang (nujum) dan hisab
(hlm.56).
Dalam pandangan peradaban dunia juga terdapat perbedaan pandangan
terkait dengan sosok Nabi Idris. Menurut pandangan Mitologi Mesir Kuno,
Nabi Idris dikenal sebagai ahli kedokteran, ahli kimia, dan ahli
perbintangan (hlm.90). Mitologi Yunani menyebut Nabi Idris, sebagai Dewa
Pelindung bagi kaum pedagang serta sebagai Dewa pengirim berita atau
pembawa pesan (hlm.99). Sementara dalam Mitologi Romawi Nabi Idris atau
Hermes disebut Mercurius, yaitu Dewa Perdagangan sekaligus dipercaya
sebagai Dewa Keberuntungan (hlm.106).
Dari berbagai macam sudut pandang yang telah disebutkan baik itu dari
pandangan kitab suci maupun peradaban kuno, tidak ada yang menyebutkan
bahwasanya Nabi Idris ialah orang yang mencetuskan pertama kali Ilmu
Falak, namun ia hanyalah Ahli Falak (Astronomi). Kaitannya dengan
Astrologi, Nur Hidayatullah setuju bahwa ia adalah penemu Ilmu
Astrologi, bukan penemu Ilmu Falak.
Buku setebal 179 halaman ini telah mengupas secara mendetail terkait
siapa tokoh yang pertama kali mencetuskan Ilmu Falak, dengan menggunakan
berbagai macam literatur baik dalam berbahasa Inggris, Arab maupun
Indonesia. Untuk itulah, buku ini layak digunakan sebagai bahan bacaan
dan renungan bagi para Dosen Falak, Pelajar Ilmu Falak, Pecinta Ilmu
Falak, dan masyarakat umum, agar paradigma sejarah yang mengatakan bahwa
Nabi Idris adalah pencetus Ilmu Falak bisa diluruskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar