SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Blog Pribadi Atma Winata Nawawi

Jumat, 08 Februari 2013

AL MUBDI'U : YANG MAHA MEMULAI


"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri?" (QS. Ath-Thur: 35)

Pertanyaan di atas ditujukan kepada mereka yang masih ragu tentang penciptaan alam, termasuk manusia.
Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa alam itu ada dengan sendirinya dan tidak ada yang menghancurkan serta membinasakannya kecuali waktu.

Anggapan seperti itu telah direkam al-Qur’an:
“Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga.” (QS. Al-Jatsiyah: 24).

Teori evolusi yang digagas oleh Darwin dan ilmuwan lainnya hanyalah bersifat hipotesa yang sama-sekali belum atau tidak akan terbukti kebenarannya, selama-lamanya. Teori yang menduga bahwa terwujudnya sesuatu karena adanya unsur-unsur sebelumnya yang mengalami proses evolusi sehingga menghasilkan sesuatu yang baru, hanyalah isapan jempol yang tak pernah terbukti secara ilmiah.

Memang, kaum atheis selalu mempertanyakan, jika segala sesuatu itu ada yang menyiptakan, lalu siapakah yang menyiptakan Tuhan? Pertanyaan seperti itu sudah ada sejak zaman Nabi saw, oleh karenanya beliau telah mengajarkan kepada kita: “Sesungguhnya setan dating kepada salah seorang di antara kamu dan bertanya, siapakah yang menyiptakan langit? Dijawab, Allah. Ditanya lagi, siapakah yang menyiptakan bumi? Dijawab, Allah. Lalu, ia akan bertanya lagi, siapakah yang menyiptakan Allah? Maka apabila muncul pertanyaan seperti itu, segeralah berkata: “Aku beriman kepada Allah dan Rasulullah saw.”

Pandanglah alam raya yang terbentang luas di depan kita, perhatikan satu persatu ciptaan Allah yang nyaris tak terhingga itu, betapa indah dan harmonis. Lalu, tanyalah dalam hati yang terdalam, Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? (QS. Ibrahim: 10).

Dalam al-Qur’an, kata Al-Mubdi-u dalam bentuk isim (kata benda) tidak ditemukan, baik yang disifatkan kepada Allah atau pun kepada selain-Nya. Meskipun demikian, bentukan kata dari Al-Mubdi-u dalam bentuk fi’il mudhari’ (kata kerja masa kini dan masa depan), maupun dalam bentuk fi’il maadhi (kata kerja masa lampau yang mengandung makna kepastian) dapat dijumpai dalam beberapa ayat. Salah satu contohnya adalah:
“Hanya kepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar dari Allah, sesungguhnya Dia-lah yang memulai (menyiptakan) makhluq”. (QS. Yunus: 4)

Dalam ayat yang lain juga dapat dijumpai, misalnya:
“Atau siapakah yang memulai (menyiptakan) makhluq dan siapa pula yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Katakanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. An-Naml: 64)

Ya, Allah telah memperkenalkan diri-Nya kepada kita sebagai Al-Mubdi-u, Yang Maha Memulai. Menurut Al-Qusyairi, Al-Mubdi-u berarti Dialah yang menyiptakan makhluq dari tiada menjadi ada tanpa contoh sebelumnya, dan mengembalikan mereka dengan kebangkitan serta menghidupkan kembali makhluk-makhluk-Nya yang telah mati pada hari kiamat nanti.

Contoh sederhana adalah penyiptaan manusia. Walaupun penyiptaan manusia itu berulang-ulang dan dalam jumlah yang amat besar, penyiptaannya bukan pabrikan atau bersifat massal. Dua anak kembar yang lahir dari rahim yang sama, tidak persis sama, baik bentuk fisik, apalagi struktur kejiwaannya. Kreasi Allah sungguh tak terbatas, selalu terbarukan. (Hamim Thohari)

Tidak ada komentar: